Beberapa hari ini banyak yang update status atau sekadar berbagi info entah dipesbuk, tuiter, microsoft word (lho?) ataupun situs jejaring sosial lainnya tentang malam tahun baru, liburan tahun baru, menyambut tahun baru, saya pun gak mau kalah ikut-ikutan rame malah banyakin baca doa semoga nanti malam pergantian tahun baru gak hujan tapi bedanya mereka doa sambil pegang terompet, kembang api, atau pernak pernik wah untuk ritual malam tahun baru saya malah cuma bisa pegang satu tas yang gak gede amat yang cuma bisa diisiin botol aq*a 1,5 literan, parafin, beberapa bungkus mie instant sama sarung.

Ya, saya ingin mencoba menghabiskan malam pergantian tahun baru masehi ini dengan sesuatu yang berkesan beda.

Saya mencoba untuk melatih ego saya untuk tidak iri ketika yang lain 'ngalor-ngidul' sambil niup terompet, nyalain kembang api dan tertawa-tawa riang dengan berkumpul bersama teman atau keluarga ditengah hiruk pikuknya sebuah gebyar acara yang dipadati ribuan orang ditengah-tengah kota dengan membandingkan saya yang nanti akan memeras keringat menghalau pekatnya kabut malam yang dingin bahkan kabut yang cenderung mengembun basah seperti menjadi percik-percik air hujan, dingin dan basah. Saya yang nanti harus berjuang menjaga keseimbangan untuk tidak terpeleset atau jatuh kekubangan air, yang meraba-raba jalanan setapak berbatu cadas dan keras dengan penerangan senter kecil seadanya, yang mencoba terlihat menikmati rebusan kopi dengan alat survival sederhana saat badan menggigil kedinginan gak karuan, yang coba membuat berisik di tengah pohon-pohon liar nan kokoh yang membisu angkuh di sekeliling alam bebas tempat saya berpijak. Mungkin terbayang kontras sekali dengan orang-orang yang menghabiskan malam tahun barunya dengan memadati area hiburan atau kawasan acara ramai ditengah-tengah kota yang dipenuhi gemerlap kembang api dan segala hiruk pikuk kemeriahannya tapi sebenarnya tidak ada yang berbeda sama sekali karena sama-sama tentang masalah kesenangan hati bahkan cenderung lebih baik dari segi kepuasan batin atau sekedar kebanggaan diri. Kenapa bisa begitu? karena saya melaluinya dengan tidak sendiri tetapi ditemani oleh teman-teman yang sama, yang satu kesenangan, satu tujuan, satu tekad, satu kekuatan, satu hobi dan satu pemikiran yang unik, yang saya kenal dan yang saya sebenarnya tidak kenal sama sekali yang mendaki bersama dalam satu gunung. Ya saya menghabiskan malam pergantian tahun baru dengan kembali mendaki gunung bersama-sama teman hebat saya, teman yang bisa diharapkan sekali membantu saat kita sedang dalam kesusahan, teman yang mempedulikan kita saat tidak ada orang lain yang bisa memberi perhatian kepada kita, teman yang panik dan tidak akan pernah bisa tenang saat kita sedang dalam kesulitan, teman yang mungkin memang tidak bisa selalu membantu menyelesaikan masalah kita tapi mereka selalu bisa ada disamping kita setiap saat, kapanpun.

Walau mendaki kali ini, di moment yang spesial kali ini tidak bisa target sampai ke puncak tapi kesenangan dan kepuasan saya tidak berkurang kadarnya sedikitpun karena saya bisa tetap menikmati keagungan alam karya Tuhan beserta teman-teman yang peduli dan menyayangi saya dengan sepenuh hati dan sebisa mereka.

Terimakasih Tuhan untuk nikmatnya petualangan saya kali ini, tidak ada yang lebih berkesan lagi saat ini.





























Bertemu dengan 'para sahabat' :





 





Di buang sayang : 





Ciee yang lagi marahan ciee


"Tentang embun pagi yang bersahaja, tentang hati yang bertabur mimpi, tentang angin yang berhembus mesra, tentang perjalanan hati, tentang Lawu." mendengarkan Letto - Sebelum Cahaya.