Satu! berseru, menjejak tapak demi tapak di jalanan tracking berdebu, sempit, berbatu, menanjak menuju puncak tekad untuk mencari kebanggaan tentang hebatnya sebuah impian yang berada 3256 meter diatas permukaan laut..

Begitu banyak kejadian yang mengesankan selama perjalanan misi kita mendaki Gunung Lawu kali ini, jadi karena keterbatasan waktu, tempat, jumlah ketikan kalimat, spasi, koma, titik, dan paragraf maka hanya sebagian cuplikannya saja yang tertampung di blog ini. Enjoy.

Dari satu tim bataliyon yang berjumlah 10 buah kita berhasil menyusun suatu misi yang impossible, sebuah misi keren yang pasti tiap orang yang ada di seantero Boyolali dan Solo bakal gak bisa memplaningnya satu bulan sekali, misi yang mempertanggung jawabkan sebuah resiko antara hidup dan mati, misi yang lumayan berat dunia dan akhirat.. 

Kita start tripping pendakian Lawu dari rumah masing-masing karena sebelumnya sudah disepakati untuk berkumpul di base camp Cemoro Kandang, dan karena itu kemaren terpecah menjadi 3 kloter untuk waktu tiba masing-masing rombongan. Rombongan pertama yang terdiri dari :



Bang Toing



















Mbak Ambar



















Bulik Dewik















kalo bulik dewiknya kurang jelas mungkin foto ini bisa jadi alternatifnya :




















Mas Juragan Asad



















Kanjeng majikan ndoro juragan Faiz


















Rombongan merekalah yang tiba pertama kali dibase camp Cemoro Kandang sekitar pukul 14.00-an WIB, dan aku termasuk ke dalam rombongan kloter yang kedua bersama :

Mr. Calm Man : Bibit,
yang namanya pernah tercatat dalam sejarah sebagai mantan gubernur Jawa Tengah.



















Ini foto saya :





















Haha bo'ong banget ya? iya deh iya ngaku ini foto saya :



















Eh terlalu ganteng banget kalo yang itu, ini yang tidak direkayasa :

Over ganteng ya? Hahaha -_-




















dengan waktu tiba kurang lebih pukul 16.30-an WIB, dan kemudian pukul 17.00 WIB setelah masing-masing prepare dan selesai mengerjakan sholat ashar di Mushola base camp, kita siap start untuk pancal misi pendakian dari kaki gunung menuju puncak di angka 3256 m DPL, tapi karena kita adalah rombongan yang kompak dan dari kami kebanyakan adalah tipe-tipe orang yang setia maka kesabaran kami diuji, kita menanti momen-momen rombongan dari kloter terakhir yang juga hanya berjumlah 2 orang yakni :

Mas Andri Kuncung yang berpasangan dengan Mas Agus,

Kenapa bisa telat dari jadual waktu tiba? entahlah apakah karena mereka keasyikan melakukan perjalanan berdua-duaan sampe lupa batas durasi time up kalo jam 5 udah harus nyampe semua, padahal mereka bukan muhrim lho (gak ada status mereka berdua mempunyai ikatan keluarga) entahlah hanya mereka dan Tuhan yang tahu, tapi tidak begitu lama kemudian akhirnya mereka menampakan penampakan diri mereka, setelah berbincang-bincang dan menyapa-nyapa kami semua mereka prepare dan menyatukan diri untuk  segera bergabung dan bergegas menanjakkan tekad menuju perjalanan dengan terjalnya resiko dan tingginya marabahaya yang mengancam haha menuju puncak Lawu diatas sana.

Akhirnya kita semua komplit menjadi satu kesatuan rombongan bataliyon dengan jumlah 10 buah anak manusia. Check them out again (absen seg cah) :

Bang Juragan Ganish Al-Asad (Ketua Tim, sopo sing milih ya wkwk), Faiz Lare Angon, Bang Agus, Mas Andri, Kang Yoga, Bang Toing, Mas Bibit, Saya (esabi wibowo), Ambar (cewek), dan Dewi (cewek cilik unyu-unyu). dan jeng jenggg.. dibawah inilah penampakan kita yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik :

Foto Narsis yang sengaja diburamkan karena tidak lulus sensor










Memang tidak mudah seperti layaknya membalik telapak tangan harimau yang kukunya panjang dan tajam-tajam (harimau punya tangan?) perjalanan kami begitu banyak aral dan rintangan yang setiap saat datang tuk menguji jadi medan yang harus kami tempuh beresiko tinggi layaknya kami pergi ke barat untuk mengambil kitab suci.

Kita begining start pada pukul 17.17 WIB,  saya sendiri tidak begitu menguasai track yang kami ambil eh  jangankan menguasai, begitu tahu aja tidak karena ini merupakan perjalanan tracking pertama saya ke gunung lawu via jalur Cemoro Kandang.

kata teman-teman saya yang lain jalur Cemoro Kandang ini adalah jalur yang paling safety dengan tidak begitu banyak jalan setapak yang terjal, tidak penuh bebatuan, tanjakan dan relatif aman untuk pendaki pemula tapi walau begitu hanya mereka yang benar-benar bisa menyiapkan stamina fisik yang kuat dan beneran tahan banting saja yang mengambil jalur ini karena jalur Cemoro Kandang ini mempunyai jalur tempuh yang lumayan lebih panjang dari jalur Cemoro Sewu atau jalur-jalur lainnya, sebenarnya ada sih jalur cepat atau pintas yaitu jalur evakuasi, jalur khusus yang digunakan untuk kepentingan tim medis atau tim SAR yang sedang bertugas karena terjadi hal darurat atau SOS tapi hanya segelintir orang dan hanya petugas SAR sendiri saja yang hafal dan tahu jalur tersebut. Terbukti jalur ini memakan korban tanpa menaati salah satu syarat dibutuhkannya stamina yang fit sudah 2 kali teman kami yang bersapaan manis Bibit tepar lemah tak berdaya dijatuhkan dijalur ini :


























































 
 |
 |
 |
V

Mas Bibit K.O part I



















Mas Bibit K.O Part II









































Nah untuk teman-teman yang ingin mendaki gunung lawu atau bahkan diantara kalian ada yang akan baru pertama kalinya ikut berpetualang menggunakan mode tantangan yang termasuk hobi sekaligus olahraga ekstrim dengan mendaki gunung ini disarankan untuk menyiapkan fisik yang benar-benar fit, diusahakan warming up dahulu serta perbekalan yang komplit dari segi perlengkapan : doom, jaket, matras, sleeping bag, tas ransel yang nyaman, dll, kemudian kebutuhan logistik selama kita mendaki disana termasuk yang paling penting adalah kotak obat atau P3K jangan sampai lupa lho ya. yang kebetulan dirumah punya helikopter jangan lupa disiapin buat jaga-jaga sewaktu-waktu kalau ada teman kita yang KO seperti mas Bibit diatas untuk keperluan evakuasi.

Sekitar hampir berjalan lebih dari 3 jam kami baru sampai di Pos 2, sejenak penat kami dan rasa capek lainnya yang sedari perjalanan dari pos 1yang menggelayuti langsung sirna, oiya kami di post 1 hanya sekadar berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat maghrib bersama setelah itu segera meneruskan perjalanan karena takut kemalaman dan stamina semakin berkurang karena medan yang kami tempuh menggunakan jalur ini benar-benar langsung berasa banget menguras tenaga, nah sesampainya di pos 2 sesegera mungkin kita beristirahat dan mengisi kembali kerongkongan yang dahaga, menumpuk potongan roti, singkong, masuk ke dalam perut. Susana makin segar dan penuh kehangatan tatkala kami mendekat dan menyapa dua orang bule yang sedang berkemah dan duduk asyik didekat api unggun yang mereka buat. Kami terlibat perbincangan sebentar yang pada akhirnya kami bisa sedikit banyak berkenalan dengan 2 orang asing asal warga asli dari Amerika yang berkampung halaman di bagian wilayah Texas, Mbak Paige dan Mas Daniel Gable.. and some great picture we took is :

































Setelah dirasa cukup berisitirahat, mengakrabkan diri sama mbak bule dan mas bule (sok akrab) kita segera melanjutkan separuh perjalanan lebih yang masih menanti untuk ditaklukan, wohoho..
Jeng jeng jenggg..
Absen lagi, Kang Ganish Al-Asad, Juragan Faiz, Mister Agus, Mas Kuncung unyu2, Bang Toing Brondong, Mas Yoga cucok, Saya (Sufyan Mark Michael Ali Patrick Feehly Wibowo), Bang Bibit Imut, Mbak Ambar Perkasa, Bulik Dewik Cibi cibi, semua komplit tapi jumlahnya yang berangkat kok tambah jadi 11 buah?
Nah karena disinilah awal kita bertemu seorang misterius dengan identitas samar, samar banget.. Tas cangklong kecil, tongkat kayu, wajah dibalut sarung wajah plus topeng, gak mau duduk, selalu berdiri dan puasa bicara alias diem wae, bisa dipastikan bahwa dia kemungkinan tengah melakukan ritual khusus pada misi daki dia di Lawu ini. Postur dan karakter Miripnya bisa kurang bisa lebih jadi kayak gini nih :

Percayalah, percayalahhhhh..
Apa dia ada hubungan keluarga sama hantu sadis bernama Freddy yang main film itu? Entahlah mirip banget kok tanya aja teman-teman saya, hanya dia dan Tuhan yang tahu..

Tapi syak wasangka kami ternyata salah, dia orang baik, terbukti dari sikap dia ingin masuk dan bergabung pada rombongan kami, melanjutkan daki bersama-sama kami, yah lumayanlah seenggaknya rombongan kami makin tambah semarak menjadi 11 buah anak manusia.

Tidak seperti perjalanan dari pos pos sebelumnya untuk menyelesaikan perjalanan dari pos 2 ke pos 3 ternyata lebih panjang, lebih menguras tenaga kami, sampai-sampai Paketu (Al-Asad, red) menyarankan untuk meninggalkan sebagian bekal air minum kami di pos bayangan antara pos 2 dan 3 agar kelak saat pulang turun dari puncak ketika ada hal yang tidak terduga atau hal surprise lainnya seperti kehabisan air atau bekal lainnya kita masih ada harapan hidup tinggi dan selamat karena seperti dikutip diatas tadi jalur Cemoro Kandang ini merupakan salah satu jalur tersadis untuk beberapa pendaki pemula atau bahkan sebagian besar orang lainnya.

Akhirnya kita tiba di pos 3 dengan kondisi masih sehat wal afiat walau diakui juga banyak yang ngos-ngosan,  mungkin ada juga yang udah bisa ngeluarin cengkeh rokok dari hidungnya? Mungkin juga malah ada yang nekat menyempatkan diri ngecek dompet segala :

Ni foto sebenarnya di pos 3 tapi waktu pas pulang

Kita mulai segera beristirahat dengan semangatnya, mulai bongkar muatan logistik dengan gesit, mulai kembali memotong dan memutilasi aneka ragam makanan yang kami bawa, roti, singkong, nasi bungkus, dan lain lainnya untuk kami lumat dan binasakan masuk ke dalam perut kami. Setelah itu tanpa babibu atau alipbaktak kita langsung cabut cinnnnnnn... melangkah menuju misi mulia mengharumkan nama Ngemplak di puncak tertinggi kedua di pulau Jawa tersebut. Toneng nonengg toneng nonenggg... jeng jeng, toneng noneng, jeng jeng jenggg.. cessssss


Nah di pos 4 dan 5 inilah cerita drama ala sinetron korea yang klimaks dan penuh konflik batin bakal terjadi, mulai dari skandal, kontroversi, tragedi, dan haru biru sepenuhnya mewarnai...

Mulai dari Bang Bibit yang lemas dan tepar mengenaskan terus minta dipeluk, rombongan yang mulai terpisah-pisah karena sebagian harus tinggal di pos 4 menemani serta merawat Bang Bibit yang tiba-tiba KO tadi, dan ada juga 2 orang yang terpisah ditengah-tengah antara rombongan depan dan rombongan belakang, 2 buah anak manusia itu adalah Bang Toing dan Bang Yoga :

Tetap tersenyum manis, walau harus terpisah


Rombongan saya, Bang Asad, Dewi, Ambar, Kang Kuncung tetap maju menuju pos 5 menyelesaikan misi ke puncak, di jalur ini adalah tantangan terakhir dan terberat kami karena jalur menuju ke pos 4 dan 5 tersebut tidak ada yang landai, lapisan yang kami jejak bukan tanah atau padas tapi langsung bebatuan kerakal seperti diaspal dengan babatuan secara alami.  sampai sandal gunung yang saya pakai pun sempat putus dan terpaksa harus nyeker kemudian kaki serasa dipijat-pijat refleksi, mak nyuk, mak nyikkk, aw, aw, aw, awwawaw gak apa-apa pantang menyerah yang penting tetap bisa lanjut.

 Dan selesainya kami sampai di pos 5 dengan masih melakoni drama dengan judul "Rombongan Yang Terpisah" kami gunakan sisa-sisa tenaga terakhir kami, seluruh ajian & tenaga dalam yang kami miliki, kami curahkan sepenuhnya untuk tetap terjaga dan stay fit menemukan tempat bermalam kami menyandarkan semua keletihan yang membebani kami, sebenarnya udah gak kemalaman lagi udah hampir menjelang waktu sepertiga malam akhir alias waktu dijam tangan saya jarum pendeknya menunjuk tegas di angka 3, belum juga rasa letih kami hilang kami harus bersabar untuk survive lebih lama lagi karena di sekitar area Hargo Dalem yang disana ada beberapa bangunan berbentuk pendopo yang biasanya diperuntukkan bagi mereka yang ingin numpang beristirahat atau tidur ternyata entah karena kita kurang beruntung atau memang belum beruntung tempat-tempat tersebut sudah terisi semua, tidak ada tempat bagi kami, saya dan Mas Asad harus berjuang lebih keras lagi untuk bisa menemukan tempat nyaman dan layak bagi kami beristirahat, dengan tinggal sedikit saja sisa asa yang kami miliki hampir saja kami pasrah akan menggunakan sebuah tempat berbentuk mulut gua dengan kondisi area bebatuan gamping untuk beristirahat, tapi ternyata Tuhan masih mau berbaik hati menguatkan kami, dengan sisa-sisa perasan dari ampas kekuatan yang seadanya, dengan nafas yang selalu tersengal-sengal kecapaian, kami meneruskan mencari tempat yang lebih layak untuk kami beristirahat, akhirnya saya dan Mas Asad memutuskan untuk mengelilingi sekali lagi area Hargo Dalem, bangunan tua terletak diatas sekitar warung gubug milik Mbok Yem, dan di gubug warung milik Mbok Yem sendiri pula tak luput dari ketukan jemari tangan kami yang selalu berharap akan ada tempat nyaman dan teduh untuk kami menumpang merebahkan badan sejenak.

Akhirnya drama adu pinalti eh drama pencarian tempat beristirahat dengan tenang dan damai bagi kami usai sudah tatkala saya mengetuk pintu gubug warung milik Mbok Yem dengan sedikit beramah tamah sebentar saya langsung diijinkan untuk segera masuk dan beristirahat didalamnya, lekas saja dengan riang gembira, bersiul tralala trilili saya mengajak teman-teman yang masih berada diluar yang sedari tadi menunggu saya.

Mas Asad tidak langsung istirahat beliau bersikeras untuk kembali ke pertigaan jalur antara pos 5 menuju puncak untuk menemui 2 teman kami yang tertinggal dan menunggu disana, ya adegannya mirip-mirip adegan difilm India pas lagi nyanyi-nyanyi sambil saling memanggil,
"Auwooo."
"Oii.. Oii"
"Auwooo.. "
Oii.. Oii"
"Toingggg, Yogaaaa..."
"Mas Asaddddd..."
"Toinggg, Yogaaa.."
"Mas Asadddd.." lalu saling berlarian menghampiri satu sama lain, berpelukan.

Setelah itu keadaan kami agak membaik, kami segera berkumpul dan beristirahat didalam gubug warung milik Mbok Yem tadi walau belum bisa memastikan kondisi para anggota rombongan yang berjumlah sekitar 3 orang yang tertinggal di pos 4 yang tidak bisa melanjutkan lagi karena salah satu dari mereka (Bang Bibit) tepar dan perlu perawatan intensif.

WELCOME TO MY SUNRISE

Saya sebenarnya malah yang gak kepikiran sama sekali, gak pernah kepikiran sama sekali bakal ada acara liat kedatangan sunrise pagi hari di Hargo Dalem, saya daki ya tujuan saya ke puncak, gak sanres sanresan, gak sanset sansetan (manyun karena gak dibangunin diajak ikutan liat)
Saya memang tidak ikut menikmati sunrise di Hargo Dalem tapi karena liat foto-foto hasil jepretan teman selama sesi sunrise itu berlangsung saya jadi terpaksa ikutan bilang WOW, takjub, dan bilang
 "Gila Ini Keren!!"
Ternyata beda ya, beda banget sinar matahari pagi yang selama ini kadang kalau terpaksa bisa bangun pagi saat saya liat dari atas genteng rumah saya pas sekalian ada acara rutin benerin genteng rumah yang bocor dengan sinar matahari pagi di Hargo Dalem, selaksa semburat sinar kuning keemasan yang elok dan teduh itu menebar sejuk menjadikan kita tidak hanya sedang menghirup oksigen yang segar, hangat, tapi juga mengucap rasa takjub dan syukur disetiap hembusan udara pagi yang kita hirup tersebut, Indah. langsung aja liat foto-foto amazingnya..










Setelah semua selesai sarapan, ngeteh, dan packing ulang bawaan dan perbekalan, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuntaskan misi ke puncak,

Foto-foto aktifitas serta persiapan kami beberapa saat sebelum ke Hargo Dumilah (Puncak) di gubuk warung Mbok Yem yang bertempat di Hargo Dalem menuju misi terakhir kami :







Dan akhirnya here we go now......

tolelettolelet jeng jeng.. tolelettolelet jengjengjeng cessssss

Berangkattttttttttttttttttt!


Hargo Dalem menuju puncak sebenarnya tidak dibutuhkan begitu banyak tenaga karena selain badan kami kembali pulih dari keletihan serta fresh lagi setelah istirahat di Hargo Dalem tadi, juga karena jarak tempuh dari Hargo Dalem menuju Hargo Dumilah (puncak) tidak jauh, hanya dibutuhkan sekitar 15-20 menit saja untuk sampai digaris puncak tertinggi dari bagian gunung Lawu tersebut.
Disanalah misi kami kami berakhir, disanalah tempat puncaknya tekad yang kami genggam sekuat hati dari bawah, dari awal kami memanjat salah satu maha karya Tuhan yang agung ini.
Tapi jangan dikira mudah dan enteng ya karena selain begitu terjal trek yang kami ambil ini merupakan jalanan kerikil sempit dengan tanah gembur yang mudah ambles dan longsor, sangat harus berhati-hati kalau tidak ingin mudah tergelincir atau terjatuh.






Kami pun harus dipaksa untuk banyak mengambil jeda, brik ditempat untuk mengatur nafas (tidak tertulis "break" takut ada yang salah baca). Tapi kami pantang ngos-ngosan begitu saja, tanpa kenal panas dan berdebunya jalur yang sedang kami lewati ini, kami tetap dengan perlahan serta pasti maju memuncak, naik perlahan demi perlahan dengan kesabaran, sejengkal demi sejengkal langkah, setapak demi setapak tekad, karena semakin kami maju, semakin kami mendekat keatas semakin membuncah pula semangat yang menggebu untuk menyelesaikan misi kita ini. Menuju puncak gemilang cahayaaaaaa...






Mas Yoga, oh senyummu.. gak nahan bo'

rasa capek, penat, lelah, kegembiraan, bangga, senang, haru, garuk-garuk kepala, jidat bercampur membulat menjadi satu. Jadi sampe bingung mo ngapain aja disana.

Kami hanya bisa terhenyak saat mengitari pandangan diluasnya maha puncak gunung Lawu ini,Tapi keterbingunan kami langsung sirna begitu saja karena udah dari awal niat banget pengen menarsisisasikan diri kami; berfoto-foto, jepret sana jepret sini, say cis sana, say cis sini.. :D
Maaf ni ye temen-temen misi-misi mo lewat numpang narsis sebentarfloating crazy rabbit












Bersama Mbahe Pesenjapala




































































Bukan hanya tentang menghitung seberapa lelah sisa dari ribuan ayunan kaki kami, Tidak pula hanya tentang cucuran derasnya keringat yang setiap saat kami usap bersih dengan kesabaran semampu kami,
Tapi juga tentang seberapa hebat kami mempertahankan keyakinan untuk tetap melihat tegak dan maju, walau berat tertatih, walau di depan sana serba sulit, didepan serba tidak pasti, di depan sana tantangan demi tantangan serba semakin besar... karena kami sedari awal percaya, dari dasar hati kami telah yakin tentang di atas sana, tentang impian kami yang kami pancangkan diatas sana, tentang tekad kami yang kami tancapkan kokoh diatas sana, tentang cita-cita, harapan, impian yang sudah dahulu kami gantungan jauh berada diatas sana, kami harus sampai diatas sana, kami harus datang diatas sana, kami harus menjemput tentang semua yang kami yakini ada diatas sana, jiwa raga kami harus juga bisa berdiri tegak diatas sana, pijakan kaki kami juga harus bisa terpancang kuat diatas sana, tidak ada yang lebih membanggakan selain mengucap iringan kata-kata syukur dengan kepuasan batin yang selalu terus merasakan bahagia ketika.... DIATAS SANA!

Terimakasih teman-teman semua Bang Asad, Bulik Dewik, Agan Faiz, Mbak Ambar, Mas Yoga, Mas baik Andri kuncung, Mas Agus apikan, Bang Toing keren, Mas Bibit Kalem tur apikan banget, Saya Sendiri juga :D terima kasih atas support, pertemenan selama daki, tentang aktifitas tolong-menolongnya, tentang singkong, roti, air mineral rasa berbagi yang hangat dan enak sekali.. Singkong gula jawa terlezat yang pernah saya makan itu.. juga tentang kebaikan kalian, rasa kompak, kebersamaan, dan saling melengkapi satu sama lain, hopefuly next have more great chance to climbing high not only mountain but our dreams too togetherly..


DIBUANG SAYANG :






















Ahaha titipan bang Bibit



Sopo IKI?!!










Ciye ciye ciyeeee ciuw ciuw

Endinge gambar iki gak enak banget yahaha

Nb : Video pas dipuncak nyusul uploadnya yak.. sabar teman-temanku sayang :D
Perjalanan turun dari puncak pun masih pending untuk ditulis :P