Perjalanan kali ini sama aku gak direncanain dengan matang atau dengan mempersiapkan segala sesuatunya, karena perjalanan petualangan kecil kali ini diajak oleh teman-teman secara spontanitas aja.

Ketika pertama mereka mengajak dan tahu kalau tujuan perjalanan petualangan kecil kali ini adalah pantai langsung saja aku mengiyakan tanpa pikir lama-lama, kelamaan jadi pikiran malah gak jadi ikut, keburu ditinggal :D

So guys, awal planning kita memang udah rencana buat susur pantai itu istilah kami di sini, kalau lebih umumnya sih biasa dikenal dengan istilah tracking pantai, atau jelajah pantai.

Target yang kami tuju adalah pantai-pantai di daerah selatan tepatnya yang terletak di kabupaten Gunungkidul, Wonosari, Yogyakarta.

Perjalanan dari Solo sekitar hampir memakan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan, itu sih kita pake acara berhenti nyari sarapan dan cek kembali perlengkapan bawaan. Kami mengambil jalur alternatif ke Gunungkidul, jalur di mana secara kondisi lalu lintas memang lebih aman karena hanya segelintir motor serta mobil yang berlalu lalang, tapi kekurangannya kebanyakan jalan tidak lebih lebar dari 3 meter hanya muat untuk berpapasan satu motor dan satu mobil serta kondisi lubang di sana sini yang lumayan lebar dan mengganggu. Tapi terlepas dari hal itu aku tetep menikmati banget perjalanan menuju ke daerah Gunungkidul memakai jalur alternatif yang memutar dan berkelok-kelok itu walau kata teman-teman itu merupakan jalur alternatif tercepat yang bisa kita lalui, dan memang hampir 60% lebih dikit sih menurutku kenikmatan petualangan kecil kali ini ya di perjalanan menuju ke pantainya,secara sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan sawah dengan hamparan ijo-ijonya, pohon-pohon yang sedang rindang berfotosintesis, berjajar-jajar seakan tiada terputus menyemangati perasaan kami dengan udara yang sepoi-sepoi sejuk yang tetap bisa kami hirup dengan baik dibawah kepungan terik matahari yang kian siang kian menyengat tiada lelah, tapi panas terik yang menyengat seperti itu tadi gak begitu menjadi beban malah gak kami hiraukan sama sekali. Belum lagi saat melintasi jalan di sekitar tempat tinggal penduduk sekitar, pasar, dan beberapa tempat dengan suasana yang berbeda dari kampung kami, menjadikan kami seperti sedang melakukan perjalanan ke daerah jauh nan agak terpencil dengan membawa petualangan besar beserta segenap jiwa adventuring yang menggebu-gebu. Tiada yang lebih nikmat lagi saat itu yang sedang aku rasakan.

  Sayang selain kondisi jalan yang berlubang dan sempit yang bisa kita maklumi dan tidak begitu menjadi bahan kerisauan, kami masih harus juga menyingkirkan pemandangan dari papan-papan baliho, spanduk, umbul-umbul, atau poster dari gambar para caleg yang bertarung di pemilu legislatif tanggal 9 April mendatang, sangat tidak elok dan sedap dipandang mata, hanya menambah kesemrawutan dan 'sampah' bagi pemandangan ditengah indahnya hamparan sawah yang ijo dan memanjakan pemandangan kami.
Semoga ke depan pemerintah lebih bijak memberikan peraturan untuk penataan sistem kampanye yang lebih pro go green dan ramah lingkungan, lebih efektif dan membuang 'sampah-sampah' tersebut pada tempatnya.





Hampir berjibaku dengan jalanan yang menanjak dan turunan yang berkelok-kelok lebih dari 2 jam, perjuangan kami akhirnya berakhir dengan selamat di tujuan pertama kami : Pantai Siung.

Kata-kata atau ucapan ketakjuban kami tidak bisa kami terjemahkan dengan baik selain hanya bisa dibuat terdiam dan terpaku memutar mengitari pemandangan disekeliling daerah pantai semampu jangkauan mata kami memandang. Tidak perlu banyak waktu untuk ngangkat jempol buat pemandangan di pantai yang satu ini, dikelilingi oleh barisan bukit-bukit hijau yang rindang, air laut yang menjorok ke dalam melengkung membuat kondisi alam di sekitar pantai begitu nampak eksotis menyuguhkan lanskap yang begitu memanjakan mata. Tidak heran di pantai ini kami menjumpai banyak pengunjung yang mendirikan tenda dan berkamping di sana. Panas terik yang sangat menyengat yang memaksa kami menguras ion, mencucurkan keringat dengan deras dan mengeringkan tenggorokan kami pada sekitar pukul 12.30 WIB siang itu tidak menyurutkan kenikmatan petualangan kecil kami kali ini, kami pun malah sempat menjajal medan tracking yang lumayan menanjak ke salah satu tebing bagian timur di pantai ini untuk merasakan sensasi yang lebih menantang adrenaline kami.








Courtesy sarangpenyamun.files.wordpress.com







 



Setelah dirasa cukup untuk menyantap medan terjal tracking dan kenyang dengan jamuan pemandangan dari atas tebing sisi timur pantai tersebut kami segera mengemasi langkah kami untuk segera mungkin dibawa menuju ke tujuan petualangan kecil kami berikutnya menuju pantai selanjutnya yang tidak lebih dari 6 kilometer jauhnya ke sisi arah sebelah timur dari letak pantai Siung tujuan pertama kami tersebut.

Mengingat siang itu memang teriknya panas sinar matahari kian menjadi-jadi saja dan karena terbatasnya durasi waktu petualangan kecil kami kali ini semakin membuat kami cepat beranjak untuk melanjutkan petualangan dengan tema jelajah pantai ini.

Dan tujuan kami berikutnya sudah pasti pantai yang berjarak tidak jauh dari pantai pertama yang kami singgahi ini, berada di sebelah timur dengan menempuh perjalanan tidak kurang dari 20 menit.

Baru di sinilah kami merasakan sulitnya mengakses fasilitas atau akomodasi dasar bagi kenyamanan setiap turis yang ingin berkunjung dan menikmati resort yang disajikan alam dengan begitu indahnya ini. Sulitnya ketersediaan air, jaringan listrik yang belum menjangkau wilayah ini, serta berbagai keperluan komunikasi lainnya seperti sinyal telpon seluler pun di sini menjadi kebutuhan yang sedikit langka bagi kami.

Tapi berbagai kendala tersebut tidak bisa mengurangi antusiasme kami melanjutkan petualangan kecil jelajah pantai yang sudah kami niati banget sejak awal kami berangkat merencanakan dari rumah kami sebelumnya. Kami pun tetap bisa dengan enjoynya menapaki setiap jengkal bentangan pantai Wediombo dari sisi sudut barat sampai titik sudut sebelah timur pantai tersebut yang kebanyakan di dominasi pula oleh bebatuan padas dan karang halus. Tidak diperlukan waktu lama untuk kami mencari jalur tracking pada pantai tersebut yang menghubungkan ke pantai berikutnya, Pantai Jungwok.










Salah satu dari kami sempat mengabadikan jalur tersebut yang tidak memakan waktu lebih dari 15 menit ini melalui rekaman video dari ponsel, Jalurnya tidak begitu berliku malah menyajikan bukit-bukit dengan alam sawah milik penduduk yang membelahnya. Tidak diperlukan keahlian khusus sebagai seorang pendaki profesional atau tracker handal dengan segala perangkat alat survivalnya, cewek dengan rok lebar dan panjang pun bisa melalui dengan baik medan tracking setapak yang merupakan salah satu jalur alternatif utama penghubung antara pantai Wediombo dan pantai Jungwok ini.
Untuk sedikit lebih detailnya aku comotkan foto yang aku ambil dari yohang.net :

Courtesy of http://i0.wp.com/yohang.net/wp-content/uploads/DSC_7166.jpg


 Dan di pantai Jungwok inilah kami memilihnya sebagai tempat istirahat siang kami, hampir 2 jam lebih kami menghabiskan waktu istirahat di sana, guling-guling di matras, gelindingan, mencari ikan di bibir pantai, dan bermain-main layaknya anak kecil yang kurang bahagia semasa hidup jaman kanak-kanaknya dulu.. ahahaha.

Aku pun sempat menjajal salah satu diantara 2 buah tebing yang berada terpisah dari daratan lepas yang seakan berdiri kokoh tegap tak lekang, tak tergerus ombak dan air lautan itu, yang berada di sisi kanan dan kiri pantai Jungwok. Sayangnya tidak ada teman yang berani ikut atau membawa kamera untuk mengabadikan moment yang mendebarkan karena berkaitan dengan tinggi dan kecuraman ini :D

Setelah dirasa cukup beristirahat dan berleha-leha menikmati keindahan pantai Jungwok dengan segala keeksotisan pemandangannya kami pun segera beranjak meneruskan petualangan kecil kami dengan rencana selanjutnya adalah kembali menuju pantai Wediombo dimana adalah tujuan akhir petualangan kami kali ini dengan menginap ala survivor dengan peralatan camping seadanya (tanpa tenda atau doom).

Dan di sinilah baru kami benar-benar merasakan bagian dari petualangan kecil jelajah pantainya, kami kembali ke pantai Wediombo menggunakan jalur berbeda, jalur tebing tepi pantai yang biasa di lalui para nelayan atau orang-orang yang berasal dari penduduk sekitar yang bermata pencaharian mencari ikan, jalur natural yang terbuat karena adanya aktifitas pasang dan surut air laut yang mungkin bisa saya perkirakan terbentuknya memakan waktu jutaan tahun sebelumnya. Setiap jengkal dari lekukannya benar-benar menggambarkan sebuah pahatan dan ukiran alam yang tidak bisa dibuat dan ditandingi oleh maha karya ciptaan tangan manusia dengan segala puncak keahlian seni tertingginya sekalipun. Really fuckin damn awesome!

Aku yakin jalur tracking yang bisa dianggap ekstrim ini jarang sekali peminat dari kalangan turis yang berani mencobanya karena selain alasan keselamatan juga karena mungkin sebagian besar dari kita belum mengetahuinya. Buat mereka yang gak suka berpetualang dengan membawa keberanian yang nanggung-nanggung atau cuma ala kadarnya diharuskan untuk mencobanya sendiri, gak lengkap rasanya berkunjung ke kedua pantai ini dengan melewatkan bagian petualangan di jalur tracking ekstrim ini. Tapi ingat jalur ini bisa dilalui hanya pada saat air laut sedang surut dan aman dilakukan pada siang hari yaitu antara sekitar pukul 15.00 sampai dengan 18.00 sore.

Selamat bertemu kembali dipetualangan selanjutnya dan selamat menikmati.
Boyolali, 26 Maret 2014