'/>

Showing posts with label The Best Thing. Show all posts
Showing posts with label The Best Thing. Show all posts

Monday, 21 September 2015

Satu bongkahan awan besar tadi sudah cepat sekali pecah kencang menggumawan ke mana-mana,
langsung saja hal itu membuatku memikirkanmu untuk kemudian mencoba memberanikan diri berandai menanyaimu,

Maukah kau mengizinkanku menjadi awan? biar lebih leluasa memetik warna-warna pelangi nanti, lalu akan kupecahkan diriku tipis-tipis biar lebih mudah aku menjaring deras kicau angin langit yang riuh-riuh sejuk itu,
tenang saja jika kau tak bisa pulang dan belum dapat bertemu denganku semuanya bakal kuwadahkan untuk kusimpan jadi satu, nanti biar aku kirim lewat aku yang merintik tiada,

tapi tak benar-benar tiada, saat menjadi deras pecahan air sebenarnya aku sedang menyemaikan diri, kugenangi telaga itu penuh-penuh, saat kau rindu kau tinggal ke sana, ciduk beberapa tetes saja air di sana, di sanalah akan ada sisa-sisa partikel higroskopis yang berisikan tentang kasih dan macam-macamnya, dengan begitulah caraku membasuh kristal beku bulir-bulir rindumu.
Warna Lake, Dieng Plateu - Central Java.

Posted on Monday, September 21, 2015 by Unknown

4 comments

Tuesday, 8 September 2015

“Akhirnya kita bisa menerbangkan diri kita tak hanya menerbangkan layang-layang saja seperti dulu ….”

“Tapi kita tak bisa meremehkan layang-layang, karena layang-layang dan semangat yang tak pernah berhenti untuk merakit layang-layanglah kita bisa belajar bersabar dan tekun merakit impian, cita-cita, dan semua harapan.”

“ Teringat sekali saat di mana masa kecil kita yang ceria menyambut musim bermain layang-layang tiba …”

… saat bersamaan pada waktu itu pula kau selalu bersemangat mengajakku merakit layang-layangmu, untuk kemudian kau pamerkan dengan gagah dan hebatnya kepadaku juga, aku hanya tersenyum dan tertawa saja karena aku pun yang tak kalah lelah membantumu merakit layang-layang itu sampai kita bisa menerbangkannya bersama, tak kukira kala itu kau tak hanya merakit layang-layang tapi juga memulai merakit mimpimu untuk tak hanya menerbangkan layang-layang tapi juga merakit mimpi, merakit pesawat sederhana ini untuk menerbangkan kita bersama melambung tinggi sejauh ini, bahagianya lagi kau terbang mengajakku secara sederhana dengan hal-hal sederhana, penuh kesederhanaan, sehingga kelak saat seperti sekarang ini tiba meski kita jauh membumbung menapak langit setinggi ini kita tetap selalu sederhana, aku tak merasa tinggi kau tak merasa tinggi hati kita terus menali tambat di bawah sana, bersama mereka orang-orang yang kita sayangi yang mendorong kita sampai setinggi ini sampai bisa berada di sini.

“Hei, sudahlah berhenti dahulu mengingat yang lalu-lalu, karena harusnya kita sedang sibuk menikmati layang-layang kita sekarang yang kurakit sudah sejak dulu menggunakan impian, cita-cita dan harapan ini.”

“Ah, aku tak mau menyebutnya layang-layang, meski sederhana sekali tetap saja aku lebih suka menyebutnya pesawat sederhana kita, bagaimana Kapten?”

“Baiklah, terserah kau saja yang penting jangan lupa selalu bahagia bersamaku ya, itu perintah!”

“Siap Kapten!”

"The sky is full of dreams, but you don't know how to fly." -Unknown-

Sedikit cerita sederhana dan sektchART sederhana saja ini dari saya, sabi.

Posted on Tuesday, September 08, 2015 by Unknown

1 comment

What if home is not a place?
What if home is not there to be found?
-Dotan-

Jika bagi mereka rumah masih dibataskan pada persepsi kita tentang sebuah bentuk bangunan, rumah bagi saya mewujud kokoh dalam bentuk kemantapan hati tentang memaknai perjalanan adalah rumah itu sendiri.
Rumah di mana atapnya membentang luas tak pangkal ujung, di mana puncak-puncak 'tiang' ditancap kokoh dengan indahnya,
di mana kau bebas berlarian menginjak 'lantai' tanpa urus debu atau kotor, di mana dindingnya yang tak terlihat yang kadang panas, sesekali sejuk, atau bahkan dingin dengan segala pancarobanya tak pernah menghalangimu, tak pernah membuat batasan sekat untuk memisahkan dan membuat jarak langkah menjadi tersendat,

hanya di rumah yang satu ini dindingnya tak pernah menghentikan dan menghalangi tekad kita memaknai luasnya rumah, rumah di mana kau bisa melihat setiap bagian ruangnya adalah sesuatu yang selalu baru dan selalu membuatmu kagum.

Teruslah memaknainya sebagai rumah, selalu ya, karena hanya dengan terus berjalan masuk menuju rumah yang satu ini dan mengelilingi hamparan ruang-ruang di dalamnya kau akan dijamu-sajikan kisah-kisah petualangan yang susah senang, jenaka bijak lengkap sudah ada di sana, pun di sanalah sekaligus kau bisa mulai jalin mengenal, pula menengok handai kerabatmu yang lain yang masih terikat satu tumpah darah dengan berbineka ragam suku buyut turunannya, rumah yang di sanalah kau bisa belajar banyak tentang arti rumah yang masih harus banyak dijabarkan dan dimaknai seluas mungkin. Welcome home.

SketchART oleh sabi.
Sekelumit saja bait kata-kata juga oleh sabi.
Ditemani sebentar dengar, dengan lagunya Dotan - Home II.


Posted on Tuesday, September 08, 2015 by Unknown

1 comment

Wednesday, 15 July 2015


Kau tidak perlu menjadi beruntung untuk bisa menari dalam hidupmu karena di manapun kau berada selama kau terus ceria disitulah panggungmu,

kau tak perlu memikirkan uang untuk membeli warna-warna indah dalam hidupmu karena selama kau terus optimis kau bisa melukis banyak warna hidupmu terus dan terus setiap hari,

 Kau tidak perlu dikenal dunia agar ada yang mendengarkan kau bernyanyi, selama kau masih menyaringkan suara harapan dan mimpimu dunia akan bersiul dan mengiringi kau menyanyikan berbagai judul lagu kehidupan,

Kau tak akan perlu menantikan keajaiban, selama kau lantang, acuh lelah, pantang putus mendeklamasikan semua yang di atas tadi (mimpi, harapan, semangat, keceriaan, doa, usaha) bersama orang-orang yang kau sayangi kau akan selalu menjadi dirimu yang terbaik dan semuanya akan selalu baik-baik saja. Percayalah.


SketchART by sabi
Inspiration thoroughly from Coldplay's song : Miracle.




Posted on Wednesday, July 15, 2015 by Unknown

No comments

Sunday, 18 January 2015



Gunung Andong, Dia tidak menyembunyikan ketinggian seperti kebanyakan pegunungan lain, dia bersahaja, dia merendah, tak lebih dari 1.463 mdpl, tapi cukup harus bertenaga menempuh selama dua jam untuk bisa menancap pijak kokoh kaki di belukar semak puncak, Bukan pada setapak trek yang mengular meliuk naik, atau kesulitan menyeimbangkan tegap badan dibuat untuk melangkahi berjengkal demi jengkal trek yang semakin menghulu, atau dasar watak keluh yang ada pada saya ketika dihadapkan pada hal yang menyulit yang membuahkan beban tersendiri dalam perjalanan..


 Tapi karena pada saat itu saya dipaksakan keadaan untuk merasai badai yang sedang bergemuruh camuk tiada habisnya, pula pada remah air air langit yang turun menggerimis tak rampung-rampung, kabut yang meluas ledak menebar batasan jarak pada segala penjuru titik pandang..


 Kala itu kabut semakin membekukan suasana, Kala itu kabut seperti menari mengirama iring pada cuaca yang sedang menyendu kelam, kabut itu juga sekaligus menabuh bunyi-bunyian deru gemeringsing mirip nyanyian ombak menyinambung tiada habis yang pecah digubah laut pasang.


Pada potret yang berhasil ditangkap mata lensa buram berkemampuan ala kadarnya ini menghasilkan lihat kabut itu sedang berkuasa merubah sudut pandang, meniadakan beberapa titik jangkau pandang, dan memburamkan sekitaran area nikmat pandang yang harusnya dari situ saya bisa melihat alam hijau yang bersolek cantik yang menghampar pamer geografis wilayah Salatiga, Semarang, dan Magelang ini.


Tapi saya tetap menikmati, setidaknya saya memperoleh kenikmatan dari perjuangan yang lumayan menguras moril dan tenaga tapi terbayar lunas dengan genapnya beberapa pengalaman sekaligus sebagai pejalan kali ini.


Posted on Sunday, January 18, 2015 by Unknown

2 comments

Wednesday, 14 January 2015

























Aku sering berpikir selama dalam perjalanan kali ini, bagaimana jika baiknya aku tak harus tahu kapan aku tiba ditujuanku, bagaimana kalau aku tidak usah dipertemukan dulu dengan tujuanku? aku terlalu menikmati perjalanan ini, menikmati kopi dipagi penghujung perjalananku, aku terlalu menikmati pikiranku yang mengandai-andai jika perjalanan ini harusnya tak usah berujung, tapi kerjapan kilau matahari mulai mencecar sinarnya ke segala penjuru beberapa kilatan hangatnya berebut menyengat setiap bagian poriku, kemudian menggapaiku, berniat meremukkan andaianku dan berusaha membuka paksa hari yang baru, hari yang akan digantung terik terang nan panas dipertengahan dzuhur nanti, hei mentari kau akan menang nanti dan baiklah aku menyerah sebenarnya bukannya aku tak mau menyambutmu dengan meriahnya aubade serba ceria kali ini, tapi betapa sempurna suasana kali ini jika aku bisa menyeduh kopi dan menikmati geliat elok sinar-sinarmu meninggi dan menerang pelan-pelan bersama seorang terkasihku pagi ini, Apa? Kau tetap memintaku bersiul, bernyanyi, bersenang-senang pagi ini? Baiklah ayo bernyanyi...

"Dawn is coming, open your eyes, dawn is coming open your eyes, dawn is coming open your eyes, look into the sun as the new days rise..."

Title : Dawn is Coming
SketchART : Sabi
Lyric taken from Jose Gonzalez's song : Stay Alive.
HD Version download : http://esabiwibowo.deviantart.com/…/Dawn-Is-Coming-Open-You…



Posted on Wednesday, January 14, 2015 by Unknown

No comments

Monday, 22 December 2014



Sial ini adalah hari Ibu tak ada yang istimewa sekali dari beliau kecuali jutaan pelajaran hidup yang sangat berharga. Ah kalian pasti akan ikut tak suka pada ibuku jika kalian gagal mencontoh sifat-sifat mulia yang beliau miliki.

Aku pernah membenci ibuku karena dia membiarkanku menunggu lama pada segala sesuatu yang kuminta tapi tak terturuti, tapi aku menjadi bisa belajar mengendalikan diri dan bersabar dari beliau.

Aku pernah membentak, menghajar hati ibuku remuk dengan sikap dan perbuatan-perbuatan nakalku sesekali waktu dan tiap kali itu beliau mengajarkanku kelemahlembutan dalam bersikap dan cara menghargai orang lain.

Aku pun sempat malu memiliki ibu seperti dia karena aku seperti menjadi seorang laki-laki tak berguna dalam hal-hal kecil yang biasanya malas kukerjakan, dan aku semakin malu jika tak bisa menjadi berani, hebat, teguh pendirian, selalu semangat, optimis, dan tak mempedulikan rasa lelah untuk berhasil menggapai sesuatu seperti beliau.

Kalian lihat gambarku yang duduk canggung di samping nisannya? Sial itu bukan nisan ibuku aku sempat salah berkunjung makam karena lupa letak makamnya, dasar aku anak tak begitu berbakti, tapi aku tak pernah lupa rasa pijitan lembut dibahuku kala aku merengek kecapaian, aku tak pernah lupa tak sanggup berhitung pada hitungan banyaknya bintang di langit jika harus menghitung satu-satu pelajaran-pelajaran kehidupan berharga yang memancar terang dari beliau.

Terkadang aku masih sering membenci dan ingin meremukkan kenangan-kenangan indah bersama beliau karena ketika teringat aku seperti remuk redam, benci dan malu pada diriku sendiri dengan sering dibarengi suara sesenggukanku. Ketiadaan beliau sekarang ini menjadikanku ingin dilahirkan menjadi Doraemon kemudian berselancar dengan mesin laci waktunya ke masa lalu menebus segala bentuk kenakalan dan rasa kecewanya beliau kuganti dengan bakti tulus penuh hormat dan handal dalam mebahagiakan hatinya.


                     *******************

Sebuah bentuk cerita pendek diperuntukkan bukan untuk Ibu meski ini hari Ibu, untuk mereka yang kurang berbakti dan jarang mencium tangan dan pipi beliau, ayo lekas peluk dan berlomba berbakti selama setiap hari mumpung masih diberi kesempatan dibukakan telapak surga bagimu yang ada dari beliau.




Posted on Monday, December 22, 2014 by Unknown

1 comment

Tuesday, 16 December 2014

Aku memang tak bersamamu, pun menyentuh sepersentuhan bayangan jemarimu aku tak bisa bahkan walau hanya di dalam mimpi-mimpi yang kupaksakan kubuat hampir setiap hari, kenapa ini? Entahlah yang kutahu aku begitu menjunjung tinggi sosokmu.


Kau selalu bisa mengisi rasa kekosonganku, dengan potret-potretmu tentang kau yang sedang coba mengajariku nyanyian ombak, dengan kau yang segenap hati menyemangatiku saat kelelahan mengejar sesuatu di depan, dengan kau yang coba menepuk pundakku dengan kata-kata kerelaan beserta segenap besarnya hati saat aku gagal, kecewa dan menghentikan pengejaranku tentang sesuatu yang di depan itu. Dengan aroma kembang senyummu yang khas kau selalu menyela keluhku,


"Tak apalah, setidaknya kita pernah menunjukkan kepada beberapa orang di belakang kita, kita bisa menyalip, melampui dan pernah lebih baik dari mereka!"


Karena itu aku tak pernah ingin pisah dan pergi begitu saja dari kehidupan bersama ini, jitak saja kepalaku jika aku suatu hari akan mengucapkan selamat tinggal untukmu, bahkan aku berani bertaruh dengan segala ketetapan hati!
Kau tidak akan percaya bahwa yang akan aku ungkapkan ini adalah cerita terbaik yang pernah kau dengar selama hidupmu;


Aku tak hanya mengagumi elok paras rupawanmu, lebih dari itu ungkapannya perasaanku kepadamu itu seperti ketika kau begitu bahagianya melihat pantai, laut, pelangi, mimpi-mimpi, bintang jatuh, rumah kayu yang cantik, dan segala imajinasi indah yang pernah bisa kau bayangkan,


Baiklah aku akan coba akur kepada waktu, kepada kesempatan yang tak berpihak, kepada segala yang membatasi gerak mimpi-mimpi dan sebuah harapan, berpura-pura membuat senang hati dengan seperti ini :


Aku memang tak pernah dilahirkan memiliki takdir beratapkan di satu langit yang sedang berawan sama denganmu dan bermain-main membuat napak jejak di satu tanah yang sama pula, tapi aku merasakan kau begitu dekat bersamaku, candamu, tawamu yang kadang terbahak-bahak itu, semangat mimpi-mimpi dan imajinasimu mewujud, menyampai di sekelilingku dengan menyerupa semilir angin yang sebagian kuhirup menjadi separuh nafasku, dan kadang-kadang kau hadir menjadi mataku, lalu bersama-sama menikmati kebahagiaan memandang langit, bintang, awan-awan, laut. Kau hadir dikebahagiaanku manapun, saat aku merasa nyaman dibeberapa kesempatan hidup, merasa diteduhi sesuatu, merasa hangat, aku yakin di situ jugalah kau sedang ada, menjelma penuh menutupi segala rasa kekurangan hati.


Baiklah kita sepakat ya? Jadi aku tetap akan ada bersamamu, di selalu-nya kau merasa aku selalu ada. Dan jika saat-saat tertentu kau sedang tidak mau bersamaku, maka sementara ombak dan nyanyian ini akan menumpah mengisi kekosonganku mengganti dan menanti kau yang ingin lagi bermain-main bersamaku.


"I wasn't yours and you weren't mine
Though I've wished from time to time
We had found a common ground
Your voice was such a welcome sound
How the emptiness would fill
With the waves and with your song
People find where they belong
Or keep on"
Short stories by Sabi, untuk mengesankan satu hati saja di sana. Tidak untuk yang lain-lain, lain hal, lain apapun.
SketchART by Sabi.
Lyric The Wolves and the Ravens by Rogue Valley.

Posted on Tuesday, December 16, 2014 by Unknown

No comments




Tak ada yang lebih nikmat dalam hal rindu-merindu selain menaruhkannya pada aroma perdu rerumputan bukit tua, pada koyak air embun-embun yang meranggas susut malu-malu saat matahari mulai menggelar sinarnya meraih segala apa yang bisa dikenai suam-suam hangat kilatan benderangnya,
pada akasia-akasia sepelemparan batu dari pinggir garis setapak yang bejajar,
yang tak pernah dipenati rasa enggan untuk terus selalu tegak merindang menunggui manusia-manusia yang tak usah peduli lewat kibas di hadapannya, pada bendi besi lusuh berpewarna delima merah kental yang berkecepatan beberapa lipat saja bila boleh dibanding dengan tenaga kanak-kanak, pada satuan segala hal yang membantu merupa apik dan menjadi utuh disangkarkan dalam potret ini, menjadikannya gampang mengutuhkan ingatan saat diriku ingin bersenang-senang balik berkitar ke ruang kenang seperti saat ini.


"We do not remember days; we remember moments."
~Cesare Pavese, The Burning Brand

Posted on Tuesday, December 16, 2014 by Unknown

No comments

Saturday, 22 November 2014


Ayolah perdengarkan sebentar-sebentar saja, barang hanya sejenak tentang lesat-lesat semburat jingga di garis ufuk yang bersudut barat yang sedang bercengkerama dengan diriku sekarang ini, mereka ternyata selidik tahu jika aku tidak sedang menikmati mereka, mereka tahu kalau aku tidak sedang bersenang-senang di detik-per detik ujung sayunya menuju ke arah pudar lalu berlanjut menghitam pekat kemudian hilang tanpa ada berbekas, benarlah kau... Aku tidak sedang berbahagia melihat apa yang sebahagian besar para manusia menamainya dengan "sunset yang berparas indah", jika lebih dari ingin sekadar sebentar saja kau mau meluang cermat, cermatilah... Pada arak-arakan awan gumawan yang berbasuh bias warna jingga matang itu seperti sedang berlomba-lomba berberat lambai, seperti tak ingin dia hanya muncul pada saat penghabisan hari saja, yang hanya sebentar sekedar menjadi gincu penghias sendunya matahari ingin bersalam pisah,

"Aih, bukan bermaksud aku ingin berbantah menyela tentang takdir tugas yang diembankan kepadaku, tapi menjadi sesobek sinar penghabisan yang dicipta hanya sekadar redup-redup seperti ini sangatlah mengesalkan barang sekali-kali, kau tahu kenapa hei manusia? Karena aku berberat hati hanya sebentar saja muncul lalu bersudah enyah begitu saja, rampung sudah! Sedangkan kalian akan bersenang-senang memotretiku, berpose dengan segala riuh ceria perasaan kalian, kadang bahkan aku sempat mendapati diriku sedang beriri hati kepada kalian ini, kalian setelah menyelesaian urusan memandangiku di tempat yang bernama senja ini kalian akan berpulang ke rumah masing-masing, banyak kalian tertawa bersama-sama sambil berpaling menapak langkah menjauhiku, yang sebenarnya tak usah kau pergi dahulu aku pasti akan menghilang sendiri, kalian akan gampang hati menamai kesenangan ini sebagai sesuatu yang berakhir dengan indahnya saat bersamaan aku yang sedang dilenyap waktu, ah cepatlah kau sela aku tak akan rampung merajuk-rajuk!" Si semburat sisa letupan sinar panggang nan bengis matahari tadi siang itu mencoba mendesakku tanda pintanya untuk menimbrung berbalik pendapat.

"Oh, tidak kami sebagai pemuji ketiadataraan indahnya dirimu meski hanya segores atau kadang hanya nampak setengah sisa gorespun tidak pernah mendapati kami akan bertindak angkuh seperti itu, kami tentulah tetap cermat merasai apa saja dari sekadar siak wasangkamu kalau kami hanya menjadi penikmat senja belaka, kau lebih dari sekedar pengindah mata, penyejuk jiwa dan peneduh hati, saking sebagian dari kami saja yang tak bisa menggelar cakap atau bisa dengan mudahnya menawarimu untuk mendekat, menyesap secangkir teh bersama-sama kami, tentulah kami sangat sekali ingin lebih berakrab-akrab denganmu daripada sekadar memandangimu saja, ayolah jangan terus-terus bermendung murung, akan tambah digesa gelap saja nanti paras senja yang kami elu-elukan ini..."

Dia, si semburat yang tadi berkilat-kilat menyala kesal tapi tetap terpandang indah pada kami itu tak balik menyahut, malah kini digerus pudar mereka berlaun lambat merayap lenyap, tak berpamit...

"Ah sudahlah, besok akan aku teruskan dengan diperjelas, saat kembali bersua dan bercakap dengan kau ini wahai si selendang senja cantik, bahwa aku tetap salah seorang manusia yang akan tetap mencinta kalian hei si semburat jingga yang berkelebat-kelebat dengan eloknya setiap senja, akan kuberitahu kalian bahwa sebenar-benar jujur, hanya kalianlah sesuatu yang keemas-emasannya jauh maha tinggi dan lebih berharga dari logam mulia yang malah dari sejak awal dinamai emas itu, tunggulah di sini lagi pada esok hari, aku akan membujuk mesra kau untuk memudarkan semua kekesalanmu pada dirimu sendiri, yang kau harus lakukan adalah titi cermat memandang lalu mengenali dirimu sendiri yang simpanan indahnya belum benar-benar kau kenali, ah habis tara untuk menggambarkan gemulai pancaran indahmu dengan sekadar kata-kata."


Selamat menjelang petang wahai semburat berkilat jingga yang memburai indah nan elok melekuk cantik.

“Ô, Sunlight! The most precious gold to be found on Earth.”  Roman Payne

Posted on Saturday, November 22, 2014 by Unknown

No comments

Wednesday, 23 October 2013

Cinta memang tak harus memiliki, tak harus memiliki perhatiannya setiap saat tapi kamu yakin dia selalu ada untukmu, cinta tak harus memiliki segenap kelebihan beserta apa-apa yang membuatmu selalu merasa bahagia dan tidak pernah sedih tapi kamu yakin sepanjang waktu bisa selalu nyaman bersamanya.. Kalo cinta tak harus memiliki karena salah satu dari kita berbeda, cinta tak harus memiliki karena salah satu dari kita merasa tak pantas itu baru fuckin damn bullshit! omong kosong!



 Karena :




  












" Love is the power to see similarity in the dissimilar."
"Cinta adalah kekuatan untuk melihat satu kesamaan dalam sebuah perbedaan.."
-Theodor Adorno-

Cinta bukan tentang tak harus memiliki, cinta bukan tentang perbedaan, cinta bukan tentang hal apapun bahkan cinta bukan tentang cinta itu sendiri bagiku Cinta itu berarti hanyalah kamu dan aku..

Posted on Wednesday, October 23, 2013 by Unknown

No comments

Wednesday, 25 September 2013

Saya rasa yang buat suatu hubungan itu langgeng bukan karena adanya kecocokan, sama-sama suka ngupil atau banyak kesamaan lainnya, tapi tetap seberapa kuat saling menjauhkan emosi dan mengutamakan kedewasaan dalam menghadapi masalah, saling berperang mengalahkan ego masing-masing untuk kepentingan bersama yang lebih baik.
*catet!


















image reference : google searching.

Posted on Wednesday, September 25, 2013 by Unknown

2 comments

Sunday, 4 August 2013

Berbagilah jangan menunggu ada sesuatu yang layak pakai, berbagilah bukan karena harus dahulu ada yang pantas menerima.. Tapi berbagilah karena hati, berbagi karena memang kita merasa selalu layak melakukan kebaikan, berbagi karena kita pantas untuk selalu membahagiakan orang lain. Berbagi setiap saat, setiap hari, kapanpun, dimanapun, kepada siapapun, bukan hanya dari apa yang kita miliki, tapi juga dari apa yang kita cintai, dari hati.
















Here some video that trying touching you to keep sharing..

 


 









Sharing Not Only Making you Caring, But Also Carrying You Find A Better Place, A Better World.
-My words-

Posted on Sunday, August 04, 2013 by Unknown

No comments

Thursday, 25 July 2013

Andaikan profesor-profesor, teknisi, peneliti, programmer, di dunia ini ada yang bisa menemukan cara membuat alat atau mesin pembuat waktu pasti tidak ada kata menyesal, tidak ada kekecewaan, kesedihan, kata meminta maaf, tidak ada orang yang saling bertengkar, tidak ada perang, tidak ada orang yang kelaparan, tidak ada orang yang tidak bisa sekolah karena kemiskinan, tidak ada kesalahan yang harus terjadi, tidak ada orang yang berbohong kemudian semuanya hidup damai dan bahagia selama-lamanya.

Kok bisa?
Coba kalo ada yang bisa membuat alat pembuat waktu, mau kapanpun, punya keinginan yang terlewatkan, tidak bisa terwujud, atau ingin memperbaiki sesuatu hal kita tinggal pencet sebuah tombol dan alat tersebut akan memproses sebuah sistem dimana kita bisa mengulang, mempercepat, menghentikan sebuah waktu kapan dan dimana sebuah kejadian telah terjadi, mirip mesin waktu ya? tidak juga karena tidak seperti mesin waktu yang hanya bisa kita telusuri dimasa lalu atau ke masa depan dan ketika kita ingin merubah belum tentu kita bisa memperbaiki waktu dimasa lalu atau dimasa depan sesuai dengan keinginan kita, tapi di alat pembuat waktu kita bisa menciptakan waktu yang belum pernah kita lalui sebelumnya bahkan takdir yang tidak ada pada saat dimasa depan sekalipun.

Mesin pembuat waktu bekerja seratus persen sesuai dengan apa yang memang kita inginkan, tidak ada penghalang, hambatan atau masalah, jadi benar-benar mengenai apa yang kita imajinasikan dan rencanakan tentang suatu keinginan atau kejadian.

Kinerja alat pembuat waktu tersebut persis sama dengan trik sulap atau sihir bim salabim abrakadabra. ada berbagai tombol perintah yang tersedia didalamnya yang multifungsi yaitu bisa menjalankan berbagai rencana atau tugas dalam satu waktu bersamaan.

Misalnya ketika kita ingin membuat waktu dimana "Musim Panen Tiba" kita tinggal ketik perintah tersebut, dan kemudian dalam mode waktu 2 menit yang disediakan pada alat tersebut kita bisa mengatur kelengkapan sebuah proses dimana kita bisa mencapai sebuah waktu atau kejadian dimana panen raya yang sempurna tersebut berhasil kita buat, alat tersebut sangat cerdas sehingga untuk pengguna pemula ada berbagai suggestion button (tombol pilihan saran)  yang harus dipilih atau otomatis bekerja. 30 detik untuk membuat benih unggul, 30 detik untuk menumbuhkan bibit, 30 detik untuk proses perawatan pertumbuhan, 30 detik menciptakan mesin pemanen otomatis, dan 30 detik berikutnya adalah proses akhir sebuah panen raya digelar dan... mission complete!

 Alat pembuat waktu ini bekerja dengan sebuah sistem teknologi akurasi simulasi realistis sehingga setiap waktu dari sebuah kejadian secepat apapun dibuat tetap melalui setahap demi setahap proses alami dari kejadian tersebut diciptakan.

Mesin pembuat waktu yang super hebat! tapi jadi berbahaya jika masih ada orang jahat di dunia ini yang akan menyalahgunakan kehebatan Mesin pembuat waktu tersebut. Tapi tidak akan menjadi masalah kalau yang menemukan alat tersebut adalah orang cerdas, baik, dan bijaksana. Dia pasti akan rewind/flash to backward ke masa dimana manusia ada sebelum dilahirkan kemudian memformat ulang sebuah data base dari sifat manusia agar mereka semua menjadi orang yang baik, tidak ada yang jahat, semua orang ramah, saling menolong, cerdas, rajin, saling mencintai dan menyayangi, semua orang ditakdirkan kaya karena masing-masing cerdas bisa memenuhi kebutuhan sendiri tapi selalu suka bersosialisasi dan gotong royong.

Sebenarnya Alat pembuat waktu itu sudah ada, benar-benar sudah ada, telah diciptakan, dan sekarang alat tersebut sedang berada ditempat teraman dijagat raya, alat itu diciptakan oleh Tuhan, Tuhan yang menjaga dan menyimpan alat tersebut seandainya bisa aku miliki alat tersebut atau paling tidak diperkenan oleh Tuhan memencetnya, aku hanya ingin memencet satu tombol saja, satu tombol dimana dalam satu pencetan tombol tersebut semua keinginanku diatas bisa dikabulkan. amien. Kenapa ya Tuhan tidak memencet tombol membuat waktu
dimana ada seseorang manusia yang bisa membuat alat pembuat waktu seperti itu juga.



“Time is what we want most,but what we use worst.”
William Penn




 

Posted on Thursday, July 25, 2013 by Unknown

No comments

Monday, 15 July 2013

Hari ini aku ngambek sama Mama, gara-gara dia selalu lupa menepati janjinya membuatkanku roti bakar lapis selai cokelat impianku..

Tapi kalau aku cuma ngambek, mengunci kamar dan bersembunyi terus seperti ini malah membuatku tidak cepat menemukan janji Mama dan semakin jauh dari roti bakar selai cokelat impianku..

Baiklah malam ini aku akan pergi keluar rumah!

Aku akan menyelinap perlahan-lahan sampai anginpun tidak bisa mencium suara derap kaki mungilku,
Mama juga pasti belum pulang dari kerja kan? Yes!, Ayah? Beliau sedang naik mobil dengan tas besar yang setia beliau bawa yang sebelum berangkat pasti selalu berpesan kepadaku untuk hati-hati dirumah, jangan suka nakal, jangan lupa ngerjain PR, rajin bantuin  Mama menyiram bunga dikebun ya? Ayah ada dinas keluar kota 2 minggu lagi baru pulang membawa oleh-oleh yang banyak untukku.

Aku senang akan dapat banyak oleh-oleh dari Ayah nanti, tapi juga sedih, seandainya Ayah tau kalau aku lebih senang sebelum berangkat Ayah juga pesan kepada Mama untuk jangan sibuk kepada pekerjaannya agar kemudian tidak lupa menepati janjinya membuatkanku roti bakar selai cokelat impianku.

Aku tidak tau kalau aku sudah asyik bercerita dan ngomong sendiri sampai ternyata tidak terasa kakiku berputar-putar merayapi jalanan kecil dan kemudian berhenti ketika sampai didepan altar pendopo balai desa di ujung kampungku ini.

Aku seorang anak kecil yang masih takut gelap apalagi keluar rumah malam-malam seperti ini, terus aku menangis, sekarang malah sesenggukan aku benar-benar takut, tapi dalam hati aku juga sangat gembira karena disinilah aku bisa bebas melihat indahnya bintang-bintang yang kilauan cahayanya berserakan diangkasa yang luas ini.

Aku memang dari rumah sengaja mencari tujuan ke altar pendopo di balai desa, disini sambil menengadahkan tangan dan mendongak keatas aku ingin berdoa kepada Tuhan, tapi aku harus berhenti dan mengusap air mataku, aku harus bisa diam dulu dengan tidak perlu dijewer Mama untuk berhenti menangis, pasti Mama akan bangga kalau melihat aku yang menangis bisa berhenti sendiri tanpa Mama harus repot-repot dulu menjewer telingaku.

Sehabis aku berhenti menangis aku mengeluarkan sobekan kertas kecil yang sudah berisi doa yang aku tulis dari rumah tadi...

"Bintang kecil dilangit yang tinggi amat banyak menghias angkasa, aku ingin terbang dan menari jauh tinggi ditempat kau berada....
Hai bintang temanku!, sekarang mungkin aku belum bisa terbang jauh tinggi ditempat kau berada, tapi aku sudah bernyanyi dan menari disini bersamamu, menemanimu jadi kamu harus membantuku berdoa ya, aku ingin berdoa tentang mimpi-mimpiku, tapi malam ini aku hanya akan bercerita tentang satu mimpiku yang selama ini ingin sekali aku wujudkan, tapi jangan bilang siapa-siapa ya selain aku, kamu, dan teman-temanmu itu.
Mimpiku yang segera kuinginkan untuk menjadi kenyataan adalah aku ingin sekali mamaku tidak disukai oleh bapak-bapak gendut seperti bos yang dipanggil Professor oleh Mamaku ditempat kerjanya, dan bosnya itu kemudian menyuruh Mamaku untuk tidak boleh bekerja ditempat dia lagi, dan Mamaku kemudian pulang ke rumah dan tidak bekerja disana lagi selama-lamanya dengan begitu Mama pasti selalu berada di rumah menemaniku agar tidak selalu kesepian dan setiap pagi selalu bisa membuatkanku roti bakar selai cokelat untuk bekal yang aku bawa berangkat ke sekolah tanpa harus lupa atau berjanji-berjanji.. Nah bintang kecil dilangit kamu kan tinggi, bawa doaku dan impianku tadi tinggi sepertimu ya biar bisa lebih dekat dan didengar oleh Tuhan, teman-temanmu kan banyak tolong minta mereka untuk membantu membaca doaku ini ya biar cepat dikabulkan oleh Tuhan , amien.."

Twinkle, Twinkle Little Star by Jewel on Grooveshark

 Dan kini Tuhan mengabulkan doaku, Mama berhenti bekerja tapi bukan karena dipecat oleh bosnya tapi karena memang sudah waktunya tiba untuk pensiun dari projek penelitian disuatu badan antariksa milik pemerintah yang telah berhasil mereka jalankan selama ini. Malah aku yang meneruskan pekerjaan yang telah Mama mulai tersebut.
Bintang-bintang sekarang menjadi sahabat dekatku, terimakasih ya karena kalian aku suka pelajaran matematika, fisika, dan geografi, sehingga kini aku sudah tidak lagi takut gelap bahkan akan berpetualang dipekatnya debu dan gas serta 200 Miliar lautan bintang-bintang galaksi dengan Ayah, salah satu bekal sekotak roti bakar selai cokelat buatan Mama dan Astronaut Spaceship Apollo 303ku.
Oiya bintang-bintang sekarang kan aku sudah bisa sama tinggi seperti kalian, Mamaku titip doa buat kalian dan kuharap kalian bisa mendengarkannya.
"Jangan lelah dan berhenti bersinar ya, demi menemani dan menerangi impian anak-anak lainnya yang seperti aku waktu dulu."

Oscar Wilde

“ya, aku memang seorang pemimpi. karena pemimpi adalah orang yang dapat menemukan jalannya hanya dengan diterangi cahaya bulan (dan kerlipan bintang-bintang), dan orang pertama yang melihat matahari terbit sebelum seluruh dunia melihatnya.”Oscar Wilde







Posted on Monday, July 15, 2013 by Unknown

No comments

Friday, 3 May 2013

"Selamat ulang tanggal dan bulan! tambah cakep, tambah rejekinya, tambah sering nraktir makan kita-kita, pokoknya tambah the best deh yang penting jangan tambah tua, cerewet dan menyebalkan ya.. maaf ya Rin, dihari yang bagi kamu spesial dan bahagia kayak gini aku belum bisa kasih kado kamu jam tangan Okley HoleShot yang kamu taksir itu, jam tangan kayak gitu gak terlalu pasaran jadi buat nemu KWnya yang murah susah banget hehehe.. emm sebagai gantinya gimana kalo aku nraktir kamu Siomay gerobak dorong Mang Diman? kayaknya bulan ini dia lagi bagi-bagiin kupon berhadiah lho setiap pembelian siomay kelipatan ceban (10000) ke atas syarat dan ketentuan berlaku, hadiahnya belum ngerti sih apaan tapi siapa tau aja dapet paket umroh gratis buat kita berdua wkwkwk, kalo kamu mau langsung forward aja jawabannya ke WeChat aku, buru-buru nih mau take off nganterin ibu ke pasar, nanti sore biar aku jemput kamu"


Rasanya baru kayak tadi pagi kamu nyepamin emailku dengan ucapan ulang tahunmu ke aku.

Bener banget, cuma makan siomay tapi dihari ulang tahunku yang ke 18 dulu itu bagiku adalah the best thing sekaligus jadi hadiah paling berharga dalam hidup aku. Aku juga sempat kamu buat heran, ketika aku baru tahu kalo kamu ternyata nyiapinnya dengan niat banget, mulai dari ngereserve siomay kemudian ikut bantuin sekalian dorong gerobak siomaynya sampe ke pinggir pantai.

 Jauh-jauh dari rumah terus ke pantai cuma buat makan siomay? kamu tau aku sempet males dan gak banget buat nurutin ajakan kamu itu, tapi mau gimana lagi aku gak berdaya liat tatapan kamu yang berdandan sok melas buat maksa aku nganggukin kepala mengiyakan ide kamu itu.wow1 onion head

Sore itu benar kita ngerayain hari ulang tahunku dengan traktiran siomaymu dipinggir pantai, kamu bilang kita makan berdua tapi disana banyak anak-anak kecilnya para nelayan sekitar pantai,

"Iya kalo makan kita memang berdua, tapi aku juga ingin sekalian berbagi, dan yang namanya berbagi itu harus ada orang lain bersama-sama kita kan? lebih banyak anak-anak kecil ini lebih berasa banget kan berbaginya? mereka aku ajak selain biar tambah ngeramein perayaan ulang tahun kamu juga untuk kita ajak berdoa rame-rame buat kamu. Ayo anak-anak kita serbu siomaynya, yang gak diabisin ikan-ikannya dilaut pada mati! haha"
A Thousand Years by The Piano Guys on Grooveshark
Memang kita disana rame-rame cuma buat makan siomay tapi aku jadi kenyang candaan, banyolan kamu, dan riuh ramai gelak tawa mereka para anak-anak nelayan yang polos, lucu dan lugu itu.
Kita semua bersama-sama duduk diatas tikar lusuh dan seadanya tapi berasa banget empuk dan lembutnya butiran-butiran pasir putih pantai dibawah tikar yang kadang bisa berkilau itu, suasanapun menjadi lebih menghangat ketika sunset senja seakan ikut menyemarakkan kebahagiaan kita dengan menghamburkan sorotan-sorotan cahaya kuning keperakannya menerpa kita, hangat, nyaman.

Sejenak, ditengah-tengah suasana bahagiaku bercanda-canda dengan kamu dan anak-anak nelayan pantai kamu meminta perhatian lebih untuk mengheningkan suasana beberapa saat, kita bersama-sama saling merapat, mengepalkan kedua tangan, mendekapkannya didepan dada masing-masing, merundukkan kepala kemudian lirih dan tenang kamu mulai melantunkan sebait doa,

"Tuhan terimakasih untuk kebahagiaan saat ini yang sedang engkau bagi kepada kami, kami bahagia sekali karena telah dipilih untuk masih bisa merasakan kenikmatan dan keceriaan ini, semoga ketika berlalu hari ini masih ada kesempatan hari esok untuk kita diizinkan kembali mengulang dan mencicipi beberapa anugerah dan kebahagiaan yang Engkau bagi-bagikan diseluruh dunia ini, kepada Rindya, saya, adek-adek kecil ini, kita, dan semuanya.. Yang terpenting Tuhan jadikan kita orang-orang yang bahagia karena selalu bisa bersyukur tentang apapun dalam hidup kami, amiien.."


Kemudian sebulir bulatan cairan bening diujung kelopak matamu jatuh sedikit, pecah dan meresap luruh membasuh latar pipimu yang lesung pipit yang cepat-cepat kau usap dan hilang tanpa bekas, tapi mataku lebih cepat menangkap jatuhnya satu bulatan air matamu itu daripada usapan tanganmu. Itu tangis haru? oh tidak.. lebih mirip seperti salam perpisahan untukku, adik-adik anak nelayan pantai, dan semuanya, aku pun sempat sebal dan sedikit dengan nada menggertak bilang bahwa aku tidak suka cara berdoamu yang seperti tadi.


"Kenapa sisa-sisa tenaga, jerih payah, dan staminamu kamu forsir untuk sesuatu yang sepele seperti ini? sesuatu yang tidak bisa menghantarmu kepada sesuatu yang bermanfaat untuk hidupmu? bukankah lebih baik dan memang sudah seharusnya kamu bed rest dirumah, menghabiskan waktu untuk kemoterapi dan pengobatan kanker selaput otak stadium III C mu?!"

Ditingkahi dengan seulas senyum pada wajahmu yang setengah pucat, tenang dan lirih kamu berujar;

"Tapi tetap saja cepat atau lambat aku pasti akan melambaikan tangan untukmu, aku lebih menikmati waktu yang aku habiskan untuk menciptakan keinginan dan keyakinan tentang apa yang bisa menjadi kebahagiaan untukku daripada menyitakan waktuku untuk terapi dan pengobatanku, kamu sendiri saja sudah segede gini juga belum berani kan disuntik?! huuu.. Bukannya aku tidak mau sembuh tapi aku lebih memilih untuk tidak mau sisa-sisa waktuku disini terbuang bersama jarum infus,tabung-tabung kemoterapi, alat suntik, dan berbagai hal menyeramkan lainnya, aku ingin sekali membuangnya ke tempat sampah lalu menghabiskan waktuku bersama-sama kalian, bercanda dengan kalian, berpetualang, dan melakukan hal-hal seperti layaknya orang normal yang punya waktu lebih lama menikmati kehidupan pada umumnya..."

Aku hanya bisa terisak sambil menampar pipi pucatmu yang halus itu, kemudian bergelayut mendekapmu. Tak lama kamu elus rambut kepalaku yang menempel dibahumu untuk membungkam ledakan isakku, aku benar-benar terisak tapi sekaligus aku tersadar arti menjadi kuat & nilai kebahagiaan yang sesungguhnya.


                                                           *********************

Doa itu kini aku ulangi, selalu aku ulangi, terus ku ulangi tiap kali aku merayakan ulang  tahunku, hingga kini, dipantai ini, dimana sekarang sudah 10 tahun Franchise Siomay pertama milikku disukai banyak pelanggan, dan 14 tahun tepat kamu pergi dan bersamaan dengan kini aku yang tengah merayakan ulang tahunku yang ke-33.

 Mungkin kankermu bisa merebut kehadiran sosokmu dariku dan membuatmu telah tiada tapi aku tidak akan membiarkan dia merenggut keyakinanmu tentang hidup ini, tentang berbagi, tentang semangat, tentang mimpi-mimpi, tentang sesuatu yang lebih baik, tentang senyum dan tawamu karena mereka akan tetap hidup beribu kali dan seribu tahun lagi didalam diriku, dipantai ini, bersama anak-anak nelayan pantai ini, dikenangan-kenangan pertemanan kita. For a thousand years, for a thousand more....

Karenamu, sekarang aku bisa membeli sendiri jam tangan Okley Holeshot idamanku dari laba hasil jerih payahku membangun franchise siomay milikku,
Karenamu inilah aku yang sekarang, menjadi sosok yang tidak takut jatuh saat bermimpi dan bercita-cita, sosok yang selalu mau belajar besar untuk tidak menyepelekan sesuatu yang kecil dan kemudian menjadi seseorang yang pandai bersyukur tentang apapun dalam hidup ini.



The Grand essentials of happiness are: something to do, something to love, and something to hope for.
ALLAN K. CHALMERS



short story based capturing inspiration from : Christina Perry's Song and the one who great survivor from cancer.


Posted on Friday, May 03, 2013 by Unknown

2 comments