Lawu lagi lawu lagi, berpetualang lagi berpetualang
lagi :D
Aku sendiri bukan seseorang dengan jiwa petualang yang
baik, seseorang yang hanya gampang terpengaruh oleh bisikan-bisikan halus dalam
bentuk rayuan teman-teman yang tangguh dan hebat, terima kasih untuk teman-temanku yang sudah menjadi sahabat yang baik bagiku :D
Dan sekali lagi
curamnya gunung lawu tidak lebih tinggi dari semangat kami untuk menjejakan
sejarah kami sebagai salah satu dari sekian pendaki penakluk puncak lawu, untuk
beberapa kalinya. hoyak hoyak :D
Jam 4.30 sore aku
berangkat naik motor dapet pinjeman dari seorang kakak yang ganteng, baik hati,
dan suka makan soto; Dia adalah jeng jeng jeng : Faiz Lare Angon, halo bang Faiz semoga tetap sehat selalu, tetap bisa jadi kakak yang baik hati dengan
sering2 mentraktir tahu kupatnya, amien.
Pukul 05.30 sore tepat aku
pun sudah tiba di base camp jalur pendakian gunung Lawu, Cemoro Kandang, tidak
ada yang berubah sama sekali saat kali terakhir 3 bulan yang lalu aku
berkunjung ke gunung Lawu untuk berkamping di pos 2 yang juga berada di jalur
pendakian Cemoro Kandang ini. Bisa lebih cepat karena lalu lintas gak begitu
padat seperti hatiku yang lagi macet karena overload kebanyakan memikirkan
kamu. Ahaha.
Memang benar ternyata
kenyataan hidup itu tak seindah, seiya, sekata seperti apa yang kita bayangkan,
gak tau itu indah anaknya siapa, kenyataannya dia hidup, hahahapaan sih :D
Setelah semua rombongan
berkumpul dan lengkap berjumlah 17 buah anak manusia sesuai dengan daftar
antrian sembako yang telah ditulis dan disepakati kita bersiap untuk segera
berangkat membawa misi pendakian ke puncak seperti harapan dan cita-cita kami
sebelumnya yang sudah jauh jauh kami rencanakan sebelum kami lahir, eh.. :D
tapi beberapa puluh detik setelah persiapan akhir tersebut cuaca eskrim maknum
infiniti (nyomot istilah dari teman saya) eh ekstrim ding, kembali dengan
galaknya ramah menyapa kami, hujan langsung dateng begitu deras sekali seperti
satu gayung air yang langsung dicurahkan dengan cepat dan kuatnya menyapu dan
menyentor wc saat aku sedang buang air besar, belum lagi badai, guntur,
kilat, halilintar yang cetar membahanong.. dan hanya diperlukan waktu sekitar 6
jam kemudian, (iya Cuma 6 jam -_- saja) untuk bisa kembali merangkai harapan
dan impian kami tentang indahnya menikmati tanjakan di jalur setapak berbatu
yang panjang, terjal, berliku, berbahaya dan hanya mampu dilalui dan dilakukan
oleh para pemimpi professional ini. Apalagi bagi sebagian dari kami ini adalah merupakan
malam puncak untuk malam pertama kami mendaki, deg-degan, gemetaran, gugup, dan
gelisah tapi seneng-seneng gimana gitu haiyah haiyah persis seperti pengantin
baru yang lagi baru-barunya pertama masuk kamar pengantin hokya hokya opo kui :D
Detik-detik menjelang proklamasi eh persiapan akhir |
So.. bakso so so miso
sooooo… kita akhirnya berhasil berangkat setelah menunggu redanya hujan dan
cuaca kembali bersahabat (bersahabat? Sok kenal -_- ) tepat saat aku nengok jam
tangan temanku yang menunjukkan pukul 02.30 dini hari waktu setempat
sodara-sodara.
Sekali lagi kita
prepare, cek ulang semua peralatan perang kami untuk bertempur melawan kabut
dingin, tanjakan terjal, dan jalur setapak yang penuh kesulitan untuk
menguji tangguhnya stamina fisik dan
tekad dari jiwa petualang kami :D
Setelah pengecekan
ulang dan melewati tahap seleksi eliminasi dan semua dari kami sudah genap, gak ada yang
ilang, sehat, dan masih normal semua,
gak ada yang galau tiba-tiba curhat pacarnya ilang diambil orang atau apa
banget gitu, kami pun segera mungkin tanpa pake lama-lama setelah mengadakan
ritual berdoa bersama langsung mulai menyikat abis salah satu jalur pendakian dari 2
jalur utama yang disajikan oleh gunung Lawu ini. Bismillahirahmanirahim..
Jadi tepat sekitar pukul 03.00 dini hari kami mulai melakukan pendakian. Kali inilah merupakan petualangan mendaki pertamaku yang di mulai sebegitu paginya.
Aku yang sudah ketiga
kalinya make jalur ini, saat beberapa kesempatan yang lalu juga sedang mencicipi
menu petualangan mendaki, sudah tidak asing lagi mengenali jalur tempuh dan
beberapa jurus antisipasi kesulitan lainnya yang disajikan dengan apik oleh jalur
yang lumayan safety dari segi kecuraman dan keterjalanan jalurnya ini. Jadi
tidak memakan banyak waktu untuk menyesuaikan diri menghadapi beberapa
kesulitan saat menggunakan jalur ini.
Karena kehalang oleh
kondisi cuaca yang eskrim maknum infiniti (istilah temenku), akhirnya misi kali
ini di planning ulang dan hasilnya disepakati bahwa target tidak wajib mencapai
puncak dan maksimal kita hanya mendaki sampai di pos 3, tapi gimanapun tidak
mengurangi serunya aktifitas petualagan kami menjelajahi gunung lawu salah satu
maha karya Tuhan yang indah yang menyajikan alam beserta segala macam hal yang
menakjubkan bagi jiwa petualang kami ini.
Oiya tipsnya ketika mendaki gunung saat musim penghujan gini mesti lebih berhati-hati karena otomatis medan menjadi becek, gembur, dan rawan longsor, serta peralatan harus lebih komplit dari biasanya tenda jangan sampe lupa banget, jas hujan, obat-obatan yang berkaitan dengan flu khususnya, dan stamina harus disiapin lebih fit dari biasanya, kalau kita lagi dipertengahan jalur mendaki dan keadaan hujan tapi tidak begitu deras lebih baik tetap berjalan atau sekadar menggerakkan badan supaya tidak gampang terserang rasa dingin yang bisa memicu gejala serangan hipotermia atau sebuah kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan kondisi sulit mengatasi tekanan melawan suhu dingin, kecuali menemukan pos atau gubuk untuk berteduh dan memungkinkan kita membuat api unggun, bawa perbekalan makanan yang bisa menunjang stamina kita saat sedang beraktifitas di musim hujan seperti makanan yang mengandung bahan kedelai, susu, dan kacang-kacangan eh kacang betulan lho maksudnya.
Aku malah lebih
menghawatirkan beberapa teman kami yang dalam pendakian kali ini adalah venue
perdana mereka mencoba berpetualang dengan mendaki ini, khususnya para cewek.
Aku salut kepada
mereka, banyak keterbatasan fisik yang seharusnya tidak mengizinkan mereka
untuk memaksakan diri melakukan salah satu aktifitas ekstrim ini justru malah
yang lebih semangat-semangatnya. Terjatuh, terpelanting, terpeleset, kram,
terkilir, hampir sesak nafas, dan lain sebagainya tetap tidak meruntuhkan
wajah-wajah ayu mereka untuk tetap mengembangkan senyum dengan anggunnya. Hei para
cowok masa kini yang mendambakan cewek solihah dan tahan banting yang cocok
buat dijadiin calon ibu untuk anak-anak kalian; merekalah wanita-wanita tepat
untuk dijadikan idaman kalian Ciuw ciuw :D
Pernah melihat orang
yang menjadikan hujan sebagai payung mereka? Itulah kami, hujan malah bagai
seperti menyelimuti tubuh kami, membasuh dan menyamarkan tetesan peluh dan
keringat yang menggenang di tengah upaya kami melawan rasa lelah dan penat,
seperti hujan ingin melindungi kami dari cibiran rasa kelelahan tersebut.
Dingin sih dingin,
capek sih capek, dan gimanapun cuaca dan kondisinya tetep gak bisa bikin kami
gentar serta mundur gitu aja untuk berpetualang dan menerima tantangan yang
ada.
Setiap para pendaki
mempunyai cerita unik dan lebih keren dibandingkan dengan serunya film 5 cm,
Into The Wild, atau film-film petualangan lainnya. Setiap para pendaki
mempunyai cerita yang bisa dibagi sebagai oleh-oleh yang gak pernah bisa habis
kepada teman-teman dan semua orang. Cerita petualangan yang gak bakal lekang
oleh waktu, yang tetap ada lintas zaman dan tidak usang atau kadaluwarsa untuk
dikonsumsi kembali oleh anak cucu kita sebagai kisah yang mudah dicerna moral
mereka dengan baik yang mempunyai kandungan gizi lezat tentang petualangan, jiwa
pemberani, indahnya persahabatan, hati yang penuh cinta : alam, lingkungan, sesama,
nikmatnya rasa berbagi, belajar menolong dan mendahulukan kepentingan orang
lain disaat kita sendiri sedang sulit sekalipun, dan akan selalu menarik walau
kisah ini akan kita di ceritakan ulang, di ceritakan lagi, dan lagi..
Kami adalah mereka yang
suka berpesta di tengah sunyi dan tenangnya hutan pegunungan yang jauh dari
gemerlap peradaban, kami adalah mereka yang suka berfoya-foya dengan satu
cangkir teh hangat dan mie instant rebus hasil memasak dari peralatan sederhana
yang menyalakannya memerlukan perjuangan tersendiri, Kami adalah mereka yang
suka bermalas-malasan dibawah teduhan gubuk kecil atau tenda kemah yang
dikepung oleh dinginnya kabut tebal dan air hujan sekaligus.
Kami adalah mereka yang
suka memanjakan diri didekat gemeratak kayu yang di bakar menjadi api unggun
untuk sekadar mengusir rasa dingin, penat dan kecapaian yang seru diantara sela-sela
tetes-tetes embun dingin pegunungan.
“A man on foot, on horseback or on a bicycle will see
more, feel more, enjoy more in one mile than the motorized tourists can in a
hundred miles.” ~ Edward Abbey
“Seseorang yang
berpetualang dengan kaki mereka, pada punggung kuda, atau dengan bersepeda bisa
memandang lebih banyak, merasakan lebih banyak , dan menikmati perjalanan lebih
banyak walau hanya dalam satu mil daripada mereka para pelancong yang mengendarai
kendaraan bermotor yang sudah menempuh jarak ratusan mil jauhnya”
~Edward Abbey
Dibuang sayang :