Di tengah hiruk sibuknya sang dewi petang menjaringkan warna pekatnya memalamkan hari, tampak samar-samar hitam putih suasana kota kecil yang riuhnya temaram saja ini mulai menampakkan suasana-suasana meriah dengan sederhana, tidak begitu bersorak dengan gaduh khas kota-kota besar lainnya, pun tak pula tanggung bersepi menjelma lengang begitu saja, saya rasa hanya sedikit bagian hati saya yang begitu riuhnya menyenyapkan diri, tapi tak lama jua teralun, terseret, ikut mengirama ke suasana yang dijamukan kepada saya ini, menjadikan sedikit terobati tentang kerinduan kepada beberapa handai karib saya di kampung sana. 


Tak butuh lama saya mengirimkan pesan singkat semoga cepat bertemu merencanakan hajatan menyeduh teh hangat dan kopi kental hitam yang manisnya sedikit saja dengan hingar bingar gemerlap sorot lampu dari para pengendara yang melintas di saat kami tepat di sisi bahu jalan paling tepian menjejali diri dengan gorengan, nasi kucing, mungkin juga rokok, dan obrolan-obrolan dari hal tak berkepentingan apapun, di atas gelaran tikar yang melandai lusuh pijak alas kami dalam berbetah diri duduk-duduk di wedangan hik seperti terdahulu sebelum-sebelumnya di lampau lalu. Cepat bertemu, semoga senang.



Donohudan, 02 Bulan 12 'Empatbelas.
Oten.