"Selamat ulang tanggal dan bulan! tambah cakep, tambah rejekinya, tambah sering nraktir makan kita-kita, pokoknya tambah the best deh yang penting jangan tambah tua, cerewet dan menyebalkan ya.. maaf ya Rin, dihari yang bagi kamu spesial dan bahagia kayak gini aku belum bisa kasih kado kamu jam tangan Okley HoleShot yang kamu taksir itu, jam tangan kayak gitu gak terlalu pasaran jadi buat nemu KWnya yang murah susah banget hehehe.. emm sebagai gantinya gimana kalo aku nraktir kamu Siomay gerobak dorong Mang Diman? kayaknya bulan ini dia lagi bagi-bagiin kupon berhadiah lho setiap pembelian siomay kelipatan ceban (10000) ke atas syarat dan ketentuan berlaku, hadiahnya belum ngerti sih apaan tapi siapa tau aja dapet paket umroh gratis buat kita berdua wkwkwk, kalo kamu mau langsung forward aja jawabannya ke WeChat aku, buru-buru nih mau take off nganterin ibu ke pasar, nanti sore biar aku jemput kamu"
Rasanya baru kayak tadi pagi kamu nyepamin emailku dengan ucapan ulang tahunmu ke aku.
Bener banget, cuma makan siomay tapi dihari ulang tahunku yang ke 18 dulu itu bagiku adalah the best thing sekaligus jadi hadiah paling berharga dalam hidup aku. Aku juga sempat kamu buat heran, ketika aku baru tahu kalo kamu ternyata nyiapinnya dengan niat banget, mulai dari ngereserve siomay kemudian ikut bantuin sekalian dorong gerobak siomaynya sampe ke pinggir pantai.
Jauh-jauh dari rumah terus ke pantai cuma buat makan siomay? kamu tau aku sempet males dan gak banget buat nurutin ajakan kamu itu, tapi mau gimana lagi aku gak berdaya liat tatapan kamu yang berdandan sok melas buat maksa aku nganggukin kepala mengiyakan ide kamu itu.
Sore itu benar kita ngerayain hari ulang tahunku dengan traktiran siomaymu dipinggir pantai, kamu bilang kita makan berdua tapi disana banyak anak-anak kecilnya para nelayan sekitar pantai,
"Iya kalo makan kita memang berdua, tapi aku juga ingin sekalian berbagi, dan yang namanya berbagi itu harus ada orang lain bersama-sama kita kan? lebih banyak anak-anak kecil ini lebih berasa banget kan berbaginya? mereka aku ajak selain biar tambah ngeramein perayaan ulang tahun kamu juga untuk kita ajak berdoa rame-rame buat kamu. Ayo anak-anak kita serbu siomaynya, yang gak diabisin ikan-ikannya dilaut pada mati! haha"
Memang kita disana rame-rame cuma buat makan siomay tapi aku jadi kenyang candaan, banyolan kamu, dan riuh ramai gelak tawa mereka para anak-anak nelayan yang polos, lucu dan lugu itu.
Kita semua bersama-sama duduk diatas tikar lusuh dan seadanya tapi berasa banget empuk dan lembutnya butiran-butiran pasir putih pantai dibawah tikar yang kadang bisa berkilau itu, suasanapun menjadi lebih menghangat ketika sunset senja seakan ikut menyemarakkan kebahagiaan kita dengan menghamburkan sorotan-sorotan cahaya kuning keperakannya menerpa kita, hangat, nyaman.
Sejenak, ditengah-tengah suasana bahagiaku bercanda-canda dengan kamu dan anak-anak nelayan pantai kamu meminta perhatian lebih untuk mengheningkan suasana beberapa saat, kita bersama-sama saling merapat, mengepalkan kedua tangan, mendekapkannya didepan dada masing-masing, merundukkan kepala kemudian lirih dan tenang kamu mulai melantunkan sebait doa,
"Tuhan terimakasih untuk kebahagiaan saat ini yang sedang engkau bagi kepada kami, kami bahagia sekali karena telah dipilih untuk masih bisa merasakan kenikmatan dan keceriaan ini, semoga ketika berlalu hari ini masih ada kesempatan hari esok untuk kita diizinkan kembali mengulang dan mencicipi beberapa anugerah dan kebahagiaan yang Engkau bagi-bagikan diseluruh dunia ini, kepada Rindya, saya, adek-adek kecil ini, kita, dan semuanya.. Yang terpenting Tuhan jadikan kita orang-orang yang bahagia karena selalu bisa bersyukur tentang apapun dalam hidup kami, amiien.."
Kemudian sebulir bulatan cairan bening diujung kelopak matamu jatuh sedikit, pecah dan meresap luruh membasuh latar pipimu yang lesung pipit yang cepat-cepat kau usap dan hilang tanpa bekas, tapi mataku lebih cepat menangkap jatuhnya satu bulatan air matamu itu daripada usapan tanganmu. Itu tangis haru? oh tidak.. lebih mirip seperti salam perpisahan untukku, adik-adik anak nelayan pantai, dan semuanya, aku pun sempat sebal dan sedikit dengan nada menggertak bilang bahwa aku tidak suka cara berdoamu yang seperti tadi.
"Kenapa sisa-sisa tenaga, jerih payah, dan staminamu kamu forsir untuk sesuatu yang sepele seperti ini? sesuatu yang tidak bisa menghantarmu kepada sesuatu yang bermanfaat untuk hidupmu? bukankah lebih baik dan memang sudah seharusnya kamu bed rest dirumah, menghabiskan waktu untuk kemoterapi dan pengobatan kanker selaput otak stadium III C mu?!"
Ditingkahi dengan seulas senyum pada wajahmu yang setengah pucat, tenang dan lirih kamu berujar;
"Tapi tetap saja cepat atau lambat aku pasti akan melambaikan tangan untukmu, aku lebih menikmati waktu yang aku habiskan untuk menciptakan keinginan dan keyakinan tentang apa yang bisa menjadi kebahagiaan untukku daripada menyitakan waktuku untuk terapi dan pengobatanku, kamu sendiri saja sudah segede gini juga belum berani kan disuntik?! huuu.. Bukannya aku tidak mau sembuh tapi aku lebih memilih untuk tidak mau sisa-sisa waktuku disini terbuang bersama jarum infus,tabung-tabung kemoterapi, alat suntik, dan berbagai hal menyeramkan lainnya, aku ingin sekali membuangnya ke tempat sampah lalu menghabiskan waktuku bersama-sama kalian, bercanda dengan kalian, berpetualang, dan melakukan hal-hal seperti layaknya orang normal yang punya waktu lebih lama menikmati kehidupan pada umumnya..."
Aku hanya bisa terisak sambil menampar pipi pucatmu yang halus itu, kemudian bergelayut mendekapmu. Tak lama kamu elus rambut kepalaku yang menempel dibahumu untuk membungkam ledakan isakku, aku benar-benar terisak tapi sekaligus aku tersadar arti menjadi kuat & nilai kebahagiaan yang sesungguhnya.
*********************
Doa itu kini aku ulangi, selalu aku ulangi, terus ku ulangi tiap kali aku merayakan ulang tahunku, hingga kini, dipantai ini, dimana sekarang sudah 10 tahun Franchise Siomay pertama milikku disukai banyak pelanggan, dan 14 tahun tepat kamu pergi dan bersamaan dengan kini aku yang tengah merayakan ulang tahunku yang ke-33.
Mungkin kankermu bisa merebut kehadiran sosokmu dariku dan membuatmu telah tiada tapi aku tidak akan membiarkan dia merenggut keyakinanmu tentang hidup ini, tentang berbagi, tentang semangat, tentang mimpi-mimpi, tentang sesuatu yang lebih baik, tentang senyum dan tawamu karena mereka akan tetap hidup beribu kali dan seribu tahun lagi didalam diriku, dipantai ini, bersama anak-anak nelayan pantai ini, dikenangan-kenangan pertemanan kita. For a thousand years, for a thousand more....
Karenamu, sekarang aku bisa membeli sendiri jam tangan Okley Holeshot idamanku dari laba hasil jerih payahku membangun franchise siomay milikku,
Karenamu inilah aku yang sekarang, menjadi sosok yang tidak takut jatuh saat bermimpi dan bercita-cita, sosok yang selalu mau belajar besar untuk tidak menyepelekan sesuatu yang kecil dan kemudian menjadi seseorang yang pandai bersyukur tentang apapun dalam hidup ini.
The Grand essentials of happiness are: something to do, something to love, and something to hope for.
short story based capturing inspiration from : Christina Perry's Song and the one who great survivor from cancer.
Rasanya baru kayak tadi pagi kamu nyepamin emailku dengan ucapan ulang tahunmu ke aku.
Bener banget, cuma makan siomay tapi dihari ulang tahunku yang ke 18 dulu itu bagiku adalah the best thing sekaligus jadi hadiah paling berharga dalam hidup aku. Aku juga sempat kamu buat heran, ketika aku baru tahu kalo kamu ternyata nyiapinnya dengan niat banget, mulai dari ngereserve siomay kemudian ikut bantuin sekalian dorong gerobak siomaynya sampe ke pinggir pantai.
Jauh-jauh dari rumah terus ke pantai cuma buat makan siomay? kamu tau aku sempet males dan gak banget buat nurutin ajakan kamu itu, tapi mau gimana lagi aku gak berdaya liat tatapan kamu yang berdandan sok melas buat maksa aku nganggukin kepala mengiyakan ide kamu itu.
Sore itu benar kita ngerayain hari ulang tahunku dengan traktiran siomaymu dipinggir pantai, kamu bilang kita makan berdua tapi disana banyak anak-anak kecilnya para nelayan sekitar pantai,
"Iya kalo makan kita memang berdua, tapi aku juga ingin sekalian berbagi, dan yang namanya berbagi itu harus ada orang lain bersama-sama kita kan? lebih banyak anak-anak kecil ini lebih berasa banget kan berbaginya? mereka aku ajak selain biar tambah ngeramein perayaan ulang tahun kamu juga untuk kita ajak berdoa rame-rame buat kamu. Ayo anak-anak kita serbu siomaynya, yang gak diabisin ikan-ikannya dilaut pada mati! haha"
Memang kita disana rame-rame cuma buat makan siomay tapi aku jadi kenyang candaan, banyolan kamu, dan riuh ramai gelak tawa mereka para anak-anak nelayan yang polos, lucu dan lugu itu.
Kita semua bersama-sama duduk diatas tikar lusuh dan seadanya tapi berasa banget empuk dan lembutnya butiran-butiran pasir putih pantai dibawah tikar yang kadang bisa berkilau itu, suasanapun menjadi lebih menghangat ketika sunset senja seakan ikut menyemarakkan kebahagiaan kita dengan menghamburkan sorotan-sorotan cahaya kuning keperakannya menerpa kita, hangat, nyaman.
Sejenak, ditengah-tengah suasana bahagiaku bercanda-canda dengan kamu dan anak-anak nelayan pantai kamu meminta perhatian lebih untuk mengheningkan suasana beberapa saat, kita bersama-sama saling merapat, mengepalkan kedua tangan, mendekapkannya didepan dada masing-masing, merundukkan kepala kemudian lirih dan tenang kamu mulai melantunkan sebait doa,
"Tuhan terimakasih untuk kebahagiaan saat ini yang sedang engkau bagi kepada kami, kami bahagia sekali karena telah dipilih untuk masih bisa merasakan kenikmatan dan keceriaan ini, semoga ketika berlalu hari ini masih ada kesempatan hari esok untuk kita diizinkan kembali mengulang dan mencicipi beberapa anugerah dan kebahagiaan yang Engkau bagi-bagikan diseluruh dunia ini, kepada Rindya, saya, adek-adek kecil ini, kita, dan semuanya.. Yang terpenting Tuhan jadikan kita orang-orang yang bahagia karena selalu bisa bersyukur tentang apapun dalam hidup kami, amiien.."
Kemudian sebulir bulatan cairan bening diujung kelopak matamu jatuh sedikit, pecah dan meresap luruh membasuh latar pipimu yang lesung pipit yang cepat-cepat kau usap dan hilang tanpa bekas, tapi mataku lebih cepat menangkap jatuhnya satu bulatan air matamu itu daripada usapan tanganmu. Itu tangis haru? oh tidak.. lebih mirip seperti salam perpisahan untukku, adik-adik anak nelayan pantai, dan semuanya, aku pun sempat sebal dan sedikit dengan nada menggertak bilang bahwa aku tidak suka cara berdoamu yang seperti tadi.
"Kenapa sisa-sisa tenaga, jerih payah, dan staminamu kamu forsir untuk sesuatu yang sepele seperti ini? sesuatu yang tidak bisa menghantarmu kepada sesuatu yang bermanfaat untuk hidupmu? bukankah lebih baik dan memang sudah seharusnya kamu bed rest dirumah, menghabiskan waktu untuk kemoterapi dan pengobatan kanker selaput otak stadium III C mu?!"
Ditingkahi dengan seulas senyum pada wajahmu yang setengah pucat, tenang dan lirih kamu berujar;
"Tapi tetap saja cepat atau lambat aku pasti akan melambaikan tangan untukmu, aku lebih menikmati waktu yang aku habiskan untuk menciptakan keinginan dan keyakinan tentang apa yang bisa menjadi kebahagiaan untukku daripada menyitakan waktuku untuk terapi dan pengobatanku, kamu sendiri saja sudah segede gini juga belum berani kan disuntik?! huuu.. Bukannya aku tidak mau sembuh tapi aku lebih memilih untuk tidak mau sisa-sisa waktuku disini terbuang bersama jarum infus,tabung-tabung kemoterapi, alat suntik, dan berbagai hal menyeramkan lainnya, aku ingin sekali membuangnya ke tempat sampah lalu menghabiskan waktuku bersama-sama kalian, bercanda dengan kalian, berpetualang, dan melakukan hal-hal seperti layaknya orang normal yang punya waktu lebih lama menikmati kehidupan pada umumnya..."
Aku hanya bisa terisak sambil menampar pipi pucatmu yang halus itu, kemudian bergelayut mendekapmu. Tak lama kamu elus rambut kepalaku yang menempel dibahumu untuk membungkam ledakan isakku, aku benar-benar terisak tapi sekaligus aku tersadar arti menjadi kuat & nilai kebahagiaan yang sesungguhnya.
*********************
Doa itu kini aku ulangi, selalu aku ulangi, terus ku ulangi tiap kali aku merayakan ulang tahunku, hingga kini, dipantai ini, dimana sekarang sudah 10 tahun Franchise Siomay pertama milikku disukai banyak pelanggan, dan 14 tahun tepat kamu pergi dan bersamaan dengan kini aku yang tengah merayakan ulang tahunku yang ke-33.
Mungkin kankermu bisa merebut kehadiran sosokmu dariku dan membuatmu telah tiada tapi aku tidak akan membiarkan dia merenggut keyakinanmu tentang hidup ini, tentang berbagi, tentang semangat, tentang mimpi-mimpi, tentang sesuatu yang lebih baik, tentang senyum dan tawamu karena mereka akan tetap hidup beribu kali dan seribu tahun lagi didalam diriku, dipantai ini, bersama anak-anak nelayan pantai ini, dikenangan-kenangan pertemanan kita. For a thousand years, for a thousand more....
Karenamu, sekarang aku bisa membeli sendiri jam tangan Okley Holeshot idamanku dari laba hasil jerih payahku membangun franchise siomay milikku,
Karenamu inilah aku yang sekarang, menjadi sosok yang tidak takut jatuh saat bermimpi dan bercita-cita, sosok yang selalu mau belajar besar untuk tidak menyepelekan sesuatu yang kecil dan kemudian menjadi seseorang yang pandai bersyukur tentang apapun dalam hidup ini.
The Grand essentials of happiness are: something to do, something to love, and something to hope for.
ALLAN K. CHALMERS
short story based capturing inspiration from : Christina Perry's Song and the one who great survivor from cancer.